Sabtu, 14 Desember 2013

Anak Manja



OBSERVASI
STUDI KASUS (ANAK MANJA)
BIMBINGAN DAN KONSELING DI PAUD




Disusun Oleh:

Fatimah Nur Aini
1205125027
B Regular



Universitas Mulawarman
Pendidikan Anak Usia Dini
2012/2013


KATA PENGANTAR 



Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami membahas studi kasus anak manja.

Makalah ini dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. 

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu penlis mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. 

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian. 









Samarinda,15Desember  2013  
    Penulis






DAFTAR ISI


Kata Pengantar ii
Daftar Isi iii
BAB I PENDAHULUAN 1
A.      Latar Belakang 1
B.      Rumusan Masalah 3
BAB II Dasar Teori 4
BAB III Pembahasan 7
A.      Analisis 7
B.      Sintesis 8
C.      Diagnosis 8
D.      Progmosis 9
E.       Treatment 9
BAB IV PENUTUP 11
A.      Kesimpulan 11
B.      Saran 11
Daftar Pustaka 13




BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang

Usia prasekolah merupakan waktu yang tepat untuk melatih kemandirian anak, memasuki masa ini anak sudah bisa menangkap keinginan orang tua dan kemandirian anak lama kelamaan akan semakin terbentuk setelah ia bersosialisasi dengan teman-temannya di sekolah (Puspaswara, 2001). Tingkat kemandirian anak biasanya dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain sikap orang tua, lingkungan sekitar, tuntutan orang tua, kebiasaan di rumah, aktifitas di luar dan dalam rumah, serta peran anggota keluarga (Puspaswara, 2001). Subrata (1997) menambahkan bahwa faktor-faktor di atas berpengaruh dalam hal pembentukan kepribadian dan emosi anak. Salah satu wujud sikap orang tua  sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat kemandirian anak yang sering kita lihat pada era sekarang adalah banyaknya ibu-ibu yang bekerja demi memenuhi kebutuhan sosial ekonomi keluarga atau sekedar memenuhi tuntutan karier
 Permasalahan yang sering timbul akibat ibu bekerja adalah keinginan anak selalu dituruti, anak lebih bebas dalam melakukan aktifitas, anak dapat menyelesaikan masalahnya sendiri dan cenderung punya cita-cita yang lebih tinggi (Hartono, 1997). Sedangkan anak dengan ibu yang tidak bekerja lebih cenderung kegiatan di rumah serba dibantu, sikap orang tua selalu melindungi, terlalu khawatir, anak lebih terikat dalam segala hal, kegiatan anak di luar rumah kurang sehingga anak kurang mampu memecahkan masalah yang timbul (Hartono, 1997). Kondisi tersebut dapat memberikan dampak secara langsung maupun tidak langsung terhadap kemandirian anak, seperti aktifitas anak terbatas, anak sering takut dalam menentukan pilihan (Hartono, 1997).
            Upaya yang dapat digunakan dalam pengembangan kemandirian anak yaitu  peran aktif orang tua dalam menciptakan lingkungan rumah sebagai lingkungan sosial yang pertama yang dialami oleh anak, dimana anak secara bertahap mampu melepaskan diri dari ketergantungan serta perlindungan yang mutlak dari orang tuanya (Gunarsa, 1995). Kedua orang tua dapat mengembangkan rasa kasih sayang yang berimbang dengan memberi kesempatan anak menunjukkan kasih sayang (Hartono, 1997).
            Masa prasekolah menurut Munandar (1992) merupakan masa-masa untuk bermain dan mulai memasuki taman kanak-kanak. Waktu bermain merupakan sarana untuk tumbuh dalam lingkungan dan kesiapannya dalam belajar formal dengan batasan anak usia prasekolah yaitu antara usia 1 sampai 6 tahun (Gunarsa, 2004). Pada tahap perkembangan anak usia prasekolah ini, anak mulai menguasai berbagai ketrampilan fisik, bahasa, dan anak pun mulai memiliki rasa percaya diri untuk mengeksplorasi kemandiriannya (Hurlock, 1997). Tim pengembangan Mata Kuliah Dasar Kependidikan (MKDK)  (1989) , berpendapat bahwa pada masa prasekolah akan timbul dorongan yang sangat kuat untuk menuntut pengakuan dirinya. Kemauannya harus selalu dituruti dan emosinya sering meluap-luap disertai dengan perilaku agresif yang sangat kuat, terutama kalau keinginannya tidak dituruti, biasanya anak akan sadar ingin melepaskan diri dari pengaruh ibunya dan mau berdiri sendiri, sebab didorong oleh gairah hidup yang positif dan kuat (Hartono, 1994). Perkembangan anak prasekolah berhubungan dengan tingkat kemandirian andiri merupakan ciri utama anak usia prasekolah, penguasaan ketrampilan motorik, kognitif dan bahasa membuatnya percaya diri dalam mengalami proses tumbuh kembangnya sehingga anak menjadi mandiri (Hurlock, 1997).

B.     Perumusan Masalah
         Reaksi dari lingkungan atau kondisi di dalam atau di luar rumah terhadap tingkat kemandirian anak sangat berbeda antara anak dengan ibu yang bekerja dan dengan ibu yang tidak bekerja. Pada ibu yang bekerja anak cenderung timbul masalah yaitu keinginan anak selalu dipenuhi dan aktifitas anak cenderung lebih bebas. Sedangkan ibu yang tidak bekerja anak cenderung mengalami ketergantungan, sikap orang tua selalu melindungi,  terlalu khawatir, aktifitas sangat terbatas dan kurang mampu dalam menyelesaikan  masalah (Hartono, 1997).
         Dengan adanya perbedaan pada perkembangan anak pada dua kondisi di atas, maka masalah penelitian yang dapat dirumuskan adalah bagaimanakah perbedaan tingkat kemandirian anak usia pra sekolah di TK Tunas Rimba 2 pada ibu yang bekerja dan ibu yang tidak bekerja.







BAB II
Dasar Teori

A.    Definisi Anak Manja

Seto Mulyadi, “anak manja adalah anak yang selalu mengharapkan perhatian berlebihan dari lingkungan sekelilingnya, dan juga diikuti dengan keinginan untuk segera dituruti segala kemauannya.” Kenyataannya tidak sedikit orang tua yang telah melakukan hal ini tanpa disadarinya, misalnya ibu atau ayah yang selalu sibuk bekerja, kadang-kadang melakukan kompensasi dengan memanjakan anak. Semua keinginanan anaknya dituruti, ini boleh itupun boleh. J. Ronald Walters menyatakan bahwa memanjakan anak berarti meningkatkan kepercayaannya bahwa dia selalu bisa mendapatkan apa yang dia inginkan, baik dengan cara meluapkan kemarahan atau barangkali dengan bujukan atau sanjungan, atau bahkan mungkin dengan cara mengadu domba antara satu orang dewasa dan yang lain.

Ciri-CiriAnakManja
1.Menangis dan berteriak bila menginginkan sesuatu;
2.Sering marah dan bahkan memukul ketika orangtua/guru menghukumnya;
3.Bersikap kasar pada orang dewasa dan anak-anak lainnya;
4.Menolak berbagi sesuatu atau perlakuan tertentu dengan anak lainnya;
5.Suka pamer, dan selalu ingin menjadi pusat perhatian diantara kelompoknya;
6.Selalu menginginkan yang dimiliki orang lain, bila telah berhasil memilikinya,
7.mereka selalu menginginkan sesuatu yang baru;
8. Menuntut orang lain membantunya melakukan sesuatu padahal sebenarnya ia bisa melakukannya sendiri;

B.      Faktor-Faktor Penyebab Kemanjaan Anak
Pada umumnya faktor utama yang menimbulkan/menyebabkan kemanjaan pada diri seseorang ialah faktor lingkungan keluarga, yaitu berupa kesalahan pola asuh orang tua terhadap anaknya. Menurut Rusda Koto Sutadi, “Anak tunggal, sulung, bungsu, anak sering ditinggal orang tua, persaingan di antara anak merupakan penyebab kemanjaan yang diperoleh dalam lingkungan keluarga.” Berikut saya uraikan satu-persatu:

1. Anak tunggal sering diperhatikan secara berlebihan. Sikap ini biasanya terjadi karena orang tua takut anaknya cidera atau hilang. Akibatnya anak akan merasa tidak bebas. Perasaan tidak bebas itu akan diwujudkan dengan banyak menuntut orang tuanya untuk menuruti kehendaknya.

2.Anak sulung pada awalnya biasanya diperlakukan sama seperti anak tunggal, sebab ia hidup dalam keluarga yang hanya terdiri dari kedua orang tuanya. Dalam hal ini, orang tua biasanya berusaha semaksimal mungkin memenuhi semua keinginan dan melimpahkan semua perhatian serta kasih sayang kepadanya. Namun setelah adiknya lahir, perhatian orang tua tentu saja beralih dan terbagi. Pada saat inilah anak pertama merasa cemburu dan berusaha merebut kasih sayang orang tuanya yang mulai berkurang. Biasanya anak memberi reaksi dengan cara yang aneh-aneh, seperti menangis, menjerit dan pura-pura sakit. Karena orang tuanya merasa bersalah, maka akhirnya anak sulung akan dimanjakan oleh kedua orang tuanya.

3. Anak bungsu bisa menjadi anak manja. Hal ini disebabkan karena anak bungsu masih dianggap sebagai anak kecil oleh saudara-saudaranya. Kemanjaan anak bungsu bukan saja bersumber dari orang tuanya, tapi juga dari saudara-saudaranya.

4. Anak yang selalu menderita penyakit juga bisa menjadi anak manja. Anak yang selalu dijangkiti penyakit biasanya mendapatkan perhatian khusus dari orang tua dan saudara-saudaranya. Dengan adanya perhatian yang berlebih ini bisa membuat anak menjadi manja.

5.Anak laki-laki yang hidup di tengah saudara-saudara perempuan juga biasanya mendapat perhatian yang istimewa dari orang tuanya. Dan hal ini dapat menyebabkan kemanjaan anak.

6.Anak yang sering ditinggal orang tua yang terlalu sibuk juga berpotensi menjadi anak yang manja. Biasanya orang tua yang demikian akan mengganti perhatiannya yang kurang dengan memanjakan anaknya dan memperbolehkan apapun yang dilakukan anak dan anak akan melakukan segala sesuatu sesuai dengan keinginan

BAB III
Pembahasan

A.    ANALISIS
NAMA LENGKAP : SUCI RAMADHANI
NAMA PANGGILAN :SUCI
TEMPAT TANGGAL LAHIR : SAMARINDA 21 MARET 2007
JENIS KELAMIN : PEREMPUAN

AGAMA : ISLAM
ALAMAT : JALAN RAMANIA DALAM
SEKOLAH :TK TUNAS RIMBA 2
NAMA AYAH : ANDI RASYID
NAMA IBU : RAMLA WULANDARI

Faktor sosial Dan personal
-          Hubungan dengan teman: cukup
-          Aktivitas rekreasi bermain: baik
-          Sikap orang tua terhadap anak: baik
-          Penerimaan dan tanggung jawab: kurang
-          Sikap terhadap masalah belajar: cukup






B. SINTESIS
           

Di lihat dari keadaan lingkungan keluarga dan di lihat dari dalam lingkungan sosial sikap dan perhatian orang tua yang sangat berlebihan terhadap anak akan membuat anak tidak dapat mandiri atau anak akan semakin manja sehingga anak selalu bergantung dengan orang tua atau dengan orang di sekelilingnya karena anak tidak dapat melakukan pekerjaannya sendiri.


C.DIAGNOSIS


Menurut hasil wawancara dan pendekatan langsung kepada anak (Suci), Suci memang termasuk orang yang ingin tahunya sangat besar, menurut saya dia bukan tergolong anak yang manja dan terlalu tergantung pada orang lain, dia masih bisa mengerjakan segala sesuatunya sendiri akan tetapi seringnya interaksi dengan ayah dan si ayah juga sering menghabiskan waktunya dengan sianak menyebabkan anak tersebut sedikit manja.

Menurut Suci dan pengasuhnya merupakan tempat yang nyaman bagi Suci untuk menceritakan segala sesuatu yang terjadi dengan dirinya karena menurut Suci yang banyak menghabiskan waktunya dengan Suci adalah pengasuh dan juga ayahnya, dalam hal ini Suci tergolong anak yang terlalu manja. Suci hanya bersikap manja ketika ketika ada pengasuh dan ayahnya saja. Jadi menurut pengamatan saya Suci hanya kurang mendapatkan perhatian pada ibunya sajakarena ibunya kurang menghabiskan waktunya untuk bermain dengan Suci.







Penyebab

Sikap Suci yang manja dengan ayahnya dirasakan oleh ibu Ramlah, akibat kesalahan dari ibu Ramlah sendiri, karena kurang bisa mencurahkan waktunya dengan Suci sedangkan ayahnya selalu ada waktu untuk menemani Suci, disamping itu ibunya lebih sering memarahi anak dibandingkan Ayahnya jadi anak merasa nyaman jika bermanja-manja dengan ayahnya dari pada ibunya dan Suci juga suka mencontoh ibunya apabila sedang memarahinya, jadi kemungkinan besar anak memberontak dan seringnya marah karena kurangnya perhatian dari ibunya.  



D. PROGMOSIS
-     Melakukan pendekatan untuk melakukan komunikasi yang baik
      Terhadap anak
-     Melakukan pengamatan terhadap anak
-     Mencari akar permasalahan berdasarkan informasi yang di dapat




E. TREATMENT
-Mendorong orang tua untuk bersikap konsisten untuk tidak   memanjakkan anak
-Mengajarkan hidup mandiri kepada anak dari hal-hal kecil, misalnnya membiasakan anak  untuk membereskan atau merapikan mainannya apabila anak sudah selesai bermain
-Mengajarkan anak untuk mengambil bajunnya sendiri dan memakainnya sendiri
-Mengajarkan kepada anak makan dan minum sendiri
-Dalam berkomunikasi dengan anak orang tua harus berperan aktif
-Memberikan pengartian kepada anak, apabila anak merajuk dengan cara merenggek atau    menangis
-Memberikan pujian jika anak tidak lagi merenggek, apabila anak meminta sesuatu







BAB IV
PENUTUP

A.   Kesimpulan

Manja tidak termasuk dalam patologi (penyakit maupun penyimpangan psikologi menjadi tidak baik bila kemanjaannnya berlebihan dan di dukung oleh keluarga atau orang terdekat karena hal tersebut akan menyababkan anak menjadi dependet atau anak akan tergantung pada orang lain, bahkan bisa menyebabkan anak mempergunakan kemanjaannya itu untuk mendapatkan apa yang anak inginkan. Jika seorang anak di biarkan oleh orangtuannya anak akan menjadi manja terus-terusan secara tidak langsung maka akan terbentuknnya sikap egois, dan kurang peka terhadap lingkungan. Pada pergaulan di luar dampaknnya akan sangat terasa, semua orang harus menuruti keinginan anak atau anak akan ngambek untuk mendapatkan apa yang anak inginkan. Konsep dari pada anak juga menjadi tidak baik karena anak menjadi seorang pribadi yang kurang berusaha, kurang motivasi hal tersebut bisa terjadi apabila anak merasa mudah mendapatkan sesuatu atau apa yang anak inginkan.

B.Saran
Dalam mengatasi kemanjaan anak sebaiknnya orang tua mengetahui faktor penyebab kemanjaan anak tersebut. Ada beberapa faktor penyebab anak menjadi manja bisa berasal dari lingkungan keluarga, masyarakat, dan sekolah strategi yang dapat di lakukan oleh seorang guru dan orangtua.

-          Melakukan berbagi kegiatan supaya anak terangsang untuk melakukan kegiatan sendiri
-          Memberikan contoh kepada anak yang mengarahkan kepada perkembangan sifat-sifat positif anak, memberikan hadiah bagi anak yang berprilaku baik dan memberikan hukuman bagi anak yang berprilaku buruk atau kurang baik
-          Mengadakan pendekatan secara langsung dan kerjasama dengan orangtua anak tersebut.





DAFTAR PUSTAKA


Tidak ada komentar:

Posting Komentar