Sabtu, 14 Desember 2013

Anak Pemalu dan Cemas



LAPORAN
OBSERVASI
BIMBINGAN DAN KONSELING DI PAUD
(ANAK PEMALU DAN CEMAS)





        
DI SUSUN OLEH:
NOOR JANNAH
1205125047
DOSEN PEMBINA: RAHMAN, S.Pd, M.Pd



FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2013





BAB 1
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Layanan bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari pendidikan di Indonesia. Sebagai sebuah layanan profesional, kegiatan layanan bimbingan dan konseling tidak bisa dilakukan secara sembarangan, namun harus berangkat dan berpijak dari suatu landasan yang kokoh, yang didasarkan pada hasil-hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam. Dengan adanya pijakan yang jelas dan kokoh diharapkan pengembangan layanan bimbingan dan konseling, baik dalam tataran teoritik maupun praktek, dapat semakin lebih mantap dan bisa dipertanggungjawabkan serta mampu memberikan manfaat besar bagi kehidupan, khususnya bagi para penerima jasa layanan (klien).
Agar aktivitas dalam layanan bimbingan dan konseling tidak terjebak dalam berbagai bentuk penyimpangan yang dapat merugikan semua pihak, khususnya pihak para penerima jasa layanan (klien) maka pemahaman dan penguasaan tentang landasan bimbingan dan konseling khususnya oleh para konselor tampaknya tidak bisa ditawar-tawar lagi dan menjadi mutlak adanya.
Berbagai kesalah kaprahan dan kasus malpraktek yang terjadi dalam layanan bimbingan dan konseling selama ini, seperti adanya anggapan bimbingan dan konseling sebagai “polisi sekolah”, atau berbagai persepsi lainnya yang keliru tentang layanan bimbingan dan konseling, sangat mungkin memiliki keterkaitan erat dengan tingkat pemahaman dan penguasaan konselor tentang landasan bimbingan dan konseling. Dengan kata lain, penyelenggaraan bimbingan dan konseling dilakukan secara asal-asalan, tidak dibangun di atas landasan yang seharusnya.
Permasalahan yang dihadapi anak dapat dilihat melalui tingkah laku anak pada saat mengikuti proses pembelajaran di kelas atau pada saat anak bermain. Berbagai faktor yang menyebabkan permasalahan perkembangan anak tidak hanya menghambat perkembangan emosi dan sosialnya, akan tetapi juga menghambat perkembangan fisik, intelektual, kognitif dan bahasa (Rita Eka Izzaty:2005). Oleh karena itu dalam menangani permasalahan anak tidak bisa hanya menyelesaikan satu aspek saja. Akan tetapi setiap permasalahan anak harus di analisis latar belakang atau penyebabnya dan ditangani secara menyeluruh yang mempertimbangkan aspek biologis, sosio emosional serta aspek kognitifnya.


B.       Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang diatas maka dapat disimpulkan bahwa rumusan masalah adalah “Frekuensi perilaku menyimpang yang tampak, maksudnya seberapa banyak tingkah laku yang menimbulkan masalah muncul, misalnya anak ngambek setiap hari , malah beberapa kali dalam sehari maka hal itu pertanda anak bermasalah. Ukuran norma budaya, maksudnya, anak dikatakan bermasalah sangat bergantung pada ukuran budaya setempat”.

C.      Tujuan
Untuk mengetahui permasalahan-permasalahan anak usia dini dan memberikan solusi terhadap masalah yang dihadapi anak usia dini.





BAB II
DASR TEORI
A.      Pengertian Permasalahan Anak
Permasalahan anak-anak adalah sesuatu yang mengganggu kehidupan anak, yang timbul karena ketidak selarasan pada perkembangannya (Anonim, 2006:9). Pada anak-anak prasekolah perilaku yang dapat dipandang sebagai normal untuk usia tertentu juga sulit dibedakan dari perilaku yang bermasalah. Perilaku bermasalah mungkin digunakan untuk mengidentifikasikan membesarnya frekuensi atau intensitas perilaku tertentu sampai pada tingkatan yang mengkhawatirkan (Campbell, dalam Rita Eka Izzaty:2005). Ada tiga kriteria yang bisa dijadikan acuan untuk melihat apakah perilaku itu normatif atau bermasalah, yaitu kriteria statistik rata-rata, kriteria sosial dan kriteria penyesuaian diri.

B.       Jenis-Jenis Permasalahan Anak Taman Kanak-Kanak
Dari beberapa jenis permasalahan psikis anak usia dini/ taman kanak-kanak pada kesempatan kali ini penulis mengungkapkan 4 psiko-sosial antara lain permasalahan sosio-emosional, masalah agresivitas, masalah kecemasan dan masalah keberbakatan, sementara permasalahan anak usia dini/ taman kanak- kanak secara umum sebagian persoalan fisik dan psiko-sosial dan lain-lain.

1.        Permasalahan Fisik Anak Usia taman Kanak-Kanak

a. Masalah Pendengaran Pengamatan
Melalui pendengaran merupakan keterampilan untuk mampu mendengar perbedaan dan persamaan suara. Pengamatan ini biasanya sudah dikenal anak sebelum sekolah, misalanya anak sudah mampu membedakan suara di sekelilingnya. Gangguan pendengaran pada anak-anak usia pra sekolah bukan berarti anak mengalami tuli. Akan tetapi anak tidak mampu menyebutkan suara yang ada di sekelilingnya, seperti suara alam, bisikan arah suara dan sebagainya. Kemudian tidak mampu menirukan berbagai suara tertentu serta tidak mampu menyanyikan lagu sederhana. Sebagian besar orang tua menganggap perrmasalahan pendengaran anak merupakan hal sepele, sehingga yang awalnya hanya gangguan kecil menjadi gangguan yang sulit disembuhkan. Permasalahan pendengaran yang terjadi pada anak usia dini/ taman kanak-kanak antara lain:
1.)Tidak mampu menirukan berbagai suara tertentu.
2.). Tidak mampu mendengarkan persamaan-persamaan dalam kata-kata yang bersajak.
3.) Tidak mampu menceritakan kembali kejadian.
4.) Tidak mampu mengulangi kembali urutan cerita.

b. Masalah Berbahasa
Berbahasa merupakan keterampilan dalam mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Untuk anak usia dini/ taman kanak-kanak, keterampilan yang diutamakan adalah mendengaran dan berbicara. Masalah berbahasa yang dialami anak usia Taman Kanak-kanak berawal dari ketidak mampuan mendengar dan memahami bahasa lisan yang diucapkan orang- orang di sekelilingnya. Ciri khas perkembangan bahasa anak TK antara lain:
1.) Terjadi perkembangan yang cepat dalam kemampuan bahasa anak. Anak dapat menggunakan kalimat dengan baik dan benar.
2.) Telah menguasai 90% dari fonem (satuan bunyi terkecil yang membedakan kata seperti kemampuan untuk merangkaikan bunyi yang didengarnya menjadi satu kata yang mengandung arti contohnya i, b, u menjadi ibu) dan sintaksis (tata bahasa, misal saya memberi makan ikan” bukan ”ikan saya makan beri”) bahasa yang digunakan.
3.) Dapat berpartisipasi dalam suatu percakapan.  Anak sudah dapat mendengarkan orang lain berbicara dan menanggapi pembicaraan tersebut.
4.) Sudah dapat mengucapkan lebih dari 2.500 kosakata.
5.) Lingkup kosakata yang dapat diucapkan anak menyangkut warna, ukuran, bentuk, rasa, bau, keindahan, kecepatan, suhu, perbedaan, perbandingan, jarak, permukaan (kasar-halus).

c.Masalah kognitif
Berarti proses yang terjadi secara internal di dalam pusat susunan syaraf pada waktu manusia sedang berpikir, berkembang secara bertahap sejalan dengan perkembangan fisik dan syaraf-syaraf yang berada di pusat susunan syaraf. Ciri khas perkembangan kognitif anak TK antara lain:
1.) Anak sudah mampu menggambarkan objek yang secara fisik tidak hadir, seperti anak mampu menyusun balok kecil untuk membangun rumah- rumahan, menggambar, dll.
2.) Anak tidak mampu memahami prespektif atau cara berpikir orang lain (egosentris), seperti ketika menggambar anak menunjukkan gambar ikan dari sudut pengamatannya.
3.) Anak belum mampu berpikir kritis tentang apa yang ada dibalik suatu kejadian, seperti anak tidak mampu menjawab alasan mengapa menyusun balok seperti ini dll.

d. Masalahan Psiko-Sosial
Hal ini perlu kita maklumi karena anak-anak usia dini/taman kanak-kanak proses berpikirnya masih dalam periode pra-operasional dimana anak masih sangat dominan dengan sifat egosentrisnya. Ciri khas perkembangan psikososial anak TK antara lain:
1.) Sudah dapat mengontrol perilakunya sendiri.
2.) Sudah dapat merasakan kelucuan (misalnya, ikut tertawa ketika orang dewasa tertawa atau ada hal-hal yang lucu).
3.) Rasa takut dan cemas mulai berkembang, dan hal ini akan berlangsung sampai usia 5 tahun.
4.) Keinginan untuk berdusta mulai muncul, akan tetapi anak takut untuk melakukannya.
5.) Perasaan humor berkembang lebih lanjut.
6). Sudah dapat mempelajari mana yang benar dan yang salah.

2. Kecemasan
Kecemasan merupakan keadaan emosi yang tidak menyenangkan yang meliputi interpretasi subyektif dan rangsangan fisiologis, misalnya bernafas lebih cepat, jantung berdebar-debar dan berkeringat dingin (Ollendick, dalam Rita Eka Izzaty:2005). Kecemasan ini timbul pada situasi sebagai reaksi emosi sementara yang timbul pada situasi tertentu yang dirasakan sebagai suatu ancaman.
Keberbakatan (Giftedness)  atau biasa disebut anak berbakat merupakan sebutan bagi anak yang memiliki kemampuan luar biasa pada hampir semua bidang, mempunyai kreativitas tinggi serta bertanggung jawab pada tugas. Keberbakatan ini menjadi permasalahan bagi anak itu sendiri maupun bagi pendidik.
a.         Permasalahan Anak Usia Dini Secara Umum
Berikut ini akan dijelaskan beberapa permasalahan yang biasanya muncul pada anak usia dini/ taman kanak-kanak yaitu:
1.)      Gagap ( Stuttering)
Anak yang menderita gagap tidak dapat berkomunikasi secara wajar. Wajar disini mengandung pengertian normal, jelas dan tidak tersendat- sendat. Gejala yang sering diperlihatkan dengan gagap adalah sering mengulang atau memperpanjang suara suku kata atau kata-kata, dan sering terjadi keraguan dan penghentian bicara sehingga mengganggu arus irama bicara. Penyebab gagap biasanya terjadi karena adanya pemaksaan menggunakan tangan kanan pada anak kidal, nervous (gugup) biasanya anak-anak yang cenderung introvert dan anak-anak yang kurang mampu mengadakan hubungan intrepersonal dan sosial serta tidak percaya diri, Kurang seimbanganya dorongan berbicara dengan kecepatan berpikir.
2.)      Berbohong
Penyebab berbohong diantaranya adalah kekasaran dan kekerasan para orang tua dan para pendidik sehingga mereka berdusta agar terhidar dari hukuman, peniruan dari orang dewasa, kesadaran anak akan kekurangan dirinya sehingga mendorongnya untuk berbohong, karena ingin dipuji, karena imajinasinya
3.)      Mencuri
Penyebab anak mencuri diantaranya dalah; tidak terpenuhinya kebutuhan secara materil, kecintaan anak untuk melakukan petualangan dalam menaklukan karena petualangan yang heroik, peniruan, cemburu dan dendam, rasa kepemilikian yang tinggi terhadap barang orang lain.
4.)      Autisme
Autisme merupakan gangguan terhadap perkembangan anak yang ditandai dengan anak tidak menguasai kemampuan untuk melakukan interaksi sosial yang timbal balik, tidak memiliki kemmapuan untuk berkomunikasi, serta munculnya perilaku, minat, ataupun aktivitas yang stereoptik. Gejala yang muncul pada anak-anak autisme adalah; Komunikasi; perkembnagan bahasa lambat atau sama sekali tidak ada, kadang-kadang kata-kat yang digunakan tidak sesuai dengan artinya. interaksi sosial; suka menyendiri, tidak ada kontak mata, tidak tertarik untuk bermain dengan teman lainnya. Gangguan sensoris; sangat sensitif terhadap sentuhan, suara keras, cahaya terang dsb. Pola bermain; tidak kreatif, tidak imajinatif. Prilaku; hiperaktif, sering marah tanpa alasan yang jelas, tidak suka pada perubahan, suka menyerang. Emosi; marah-marah, tertawa-tertawa, menangis tanpa alasan yang jelas, tempertantrum jika dilarang. E. Penakut Setiap anak memiliki rasa takut, namun jika berlebihan dan tidak wajar maka perlu diperhatikan. Rasa takut anak TK biasanya terhadap hewan, serangga, gelap, dokter atau dokter gigi, ketinggian, monster, lamunan, sekolah, angin topan, dll.
Rasa takut yang berlebihan terlihat dalam gejala-gejala seperti berikut : a.) Gejala psikis, seperti ; gangguan makan, tidur, perut, sulit bernafas, dan sakit kepala. b.) Gejala emosional, seperti ; rasa takut, sensitif, rendah diri, ketidakberdayaan, bingung, putus asa, marah, sedih, bersalah. c.) Gejala tingkah laku seperti : gangguan tidur, mengisolasi diri, prestasi kurang di sekolah, agresi, mudah tersinggung, menghindari pergi keluar, ketergantungan pada suatu benda, dan terus berada di kamar orang tua. Penyebab anak memiliki rasa takut : a.) Intelegensi (anak-anak yang tingkat intelegensi tinggi cenderung punya rasa takut yang sama dengan anak yang berusia lebih tua, demikian pula sebaliknya). b.) Jenis kelamin (anak perempuan lebih takut dibanding laki-laki karena lingkungan sosial lebih menerima rasa takut perempuan). c.) Keadaan fisik (anak cenderung takut bila dalam keadaan lelah, lapar atau kurang sehat). d.) Urutan kelahiran (anak sulung cenderung lebih takut karena perlindungan yang berlebihan). e.) Kepribadian anak (anak yang kurang memperoleh rasa aman cenderung lebih penakut). f.) Adanya contoh yang dilihat anak, seperti ; tontonan TV, atau ibu yang takut. g.) Trauma yang dialami anak-anak, seperti ; tabrakan mobil, angina topan, bencana alam, dll. h.) Pola asuh orang tua yang menghidupkan rasa takut anak seperti ; paksaan, hukuman, ejekan, ketidak perdulian, dan pelindungan diluar batas.
Solusi pemecahan masalah yang dapat dilakukan pendidik yaitu: a.) Mendengarkan cerita anak.  b.) Lindungi dan hibur anak. c.) Ajari kenyataan.  d.) Memberi hadiah. e.) Memberi contoh teladan (guru sebagai model). f.) Coping model (adalah salah satu cara seseorang menghadapi rasa takut namun ia harus melewati rasa takut itu. Salah satu cara dengan bicara pada diri sendiri). g.) Mendongeng.

3. Pemalu
Pemalu adalah reaksi emosional yang tidak menyenangkan, yang timbul pada seseorang, akibatnya adanya penilaian negatif terhadap dirinya.
Penyebab anak pemalu antara lain:
1.) Keadaan fisik  
2.) Kesulitan dalam bicara
3.) Kurang terampil berteman
4.) Harapan orang tua yang terlalu tinggi
5.) Pola asuh yang mencela.
Solusi pemecahan masalah yang dapat dilakukan pendidik :
1.) Melibatkan anak pada kegiatan yang menyenangka
2.) Belajar bergabung melalui permainan
3.) Mengajar cara mulai berteman
4.) Dorong anak berpartisipasi dalam kelompok
C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permasalahan Anak Usia Dini/ Taman Kanak-Kanak
Penyebab yang ditimbulkan dari faktor psikis dan sosial adalah: a. Kecerdasan. b. Ingatan. c. Perasaan. d. Kemauan. D. Respon.
Guru tk dalam menghadapi anak tk yang bermasalah dengan cara yaitu: 1. Peka terhadap keadaan emosi anak, walaupun ungkapan emosinya tidak terlalu kelihatan. 2. Tidak bingung atau cemas menghadapi ungkapan-ungkapan emosional anak. 3. Tidak menanggapi lucu atau meremehkan perasaan negatif anak. 4. Tidak memerintahkan apa yang harus dirasakan oleh anak. 5. Tidak merasa bahwa guru harus membereskan semua masalah bagi anak. 6. Menggunakan saat-saat emosional sebagai saat untuk mendengarkan anak, berempati dengan kata-kata yang menyejukkan, menolong anak.




BAB III
PEMBAHASAN
A.      Analisis
Nur syifa adalah anak tunggal, dia bersekolah di TK Tunas rimba 2. Syifa adalah anak yang pemalu, apabila dia berada disekolah dia selalu ingin menyendiri dan tidak mau berteman dengan teman lainnya. Sifat syifa seperti itu dikarenakan dia selalu dimanja oleh orang tuanya, dia juga selalu dikekang apabila ingin bermain diluar rumah. Akibatnya syifa selalu bermain didalam rumah saja. Dengan cara didik orang tua syifa itu mengakibatkan syifa menjadi pemalu dan selalu cemas apabila dia disekolah itu sendirian.

B.       Sintesis
Setelah menganalisis dari permasalahan syifa maka sementara dapat disimpulkan bahwa:
1.        Syifa itu anak yang pemalu dan selalu cemas  apabila ditinggalkan oleh orang tuanya di sekolah.
2.        Syifa juga tidak mau berteman dengan orang lain.
3.        Sifat syifa seperti itu dikarenakan dia selalu dimanja oleh orang tuanya.

C.      Diagnosis
Berdasarkan sintesis diatas maka dapat ditemukan penyebab utama dari masalah syifa adalah karena dia selalu dimanja oleh orang tuanya maka dia selalu diam dan melakukan sesuatu itu dengan sendiri. Dia juga beranggapan bahwa orang lain itu selalu berfikir buruk terhadap dirinya. Selain itu orang yang pemalu atau sering cemas ini selalu berperilaku sosial yang buruk, sehingga dia menjadi salah tingkah dan sulit untuk berbicara.

D.      Prognosis
Langkah awal yang perlu dilakukan berdasarkan diagnosis:
1.        Berbicaralah dengan anak dari hati ke hati mengenai apa yang dicemaskan olehnya.
2.        Dengarkan dengan penuh perhatian terhadap apa yang dikatakan oleh anak. Tunjukkan bahwa Anda benar-benar perhatian terhadap anak serta yakinkan kepada anak bawah masalah itu dapat diatasi.
3.        Bantu anak untuk mengatasi masalah yang dihadapi, tetapi jangan Anda atasi sendiri masalah tersebut. Ajak anak untuk mengatasi masalah yang dia hadapi.
E.       Tritmen
Tritmen yang perlu diberikan ke anak adalah:

1.        Jelaskan kepada anak bahwa masalah tersebut dapat terjadi kepada siapa saja meskipun kejadian itu jarang terjadi.
2.        Tunjukkan kepada anak bawah Anda menjamin keselamatan mereka.
3.        Berilah dukungan dengan sepenuh hati agar anak merasa orang tua tidak meninggalkannya ketika berada di saat-saat yang menakutkan.
4.        Jadilah teman bagi anak. Dengarkan keluhan mereka atau kalau perlu arahkan anak agar mau menceritakan apa yang tengah dia rasakan. Sebab, tidak semua anak merasa nyaman jika berbicara dari hati ke hati dengan orang tua sekalipun.




BAB IV
PENUTUP
A.      Kesimpulan
Anak usia Taman Kanak-kanak sudah mulai banyak bersosialisasi dengan orang- orang disekitarnya. Oleh karena itu permasalahan yang dihadapi anakanak usia dini/taman kanak-kanak sebaiknya ditangani seawal mungkin agar tidak menganggu perkembangan anak pada tahap selanjutnya. Proses bimbingan dan arahan saat anak usia dini/ taman kanak-kanak mengalami masalah bisa menjadi pengalaman yang berharga bagi anak dalam menjalani kehidupan selanjutnya. Permasalahan anak usia dini/ taman kanak-kanak yang disebabkan karena faktor internal dan eksternal membutuhkan kerjasama semua pihak dalam menyelesaikannya. Permasalahan anak tidak hanya menjadi tanggung jawab guru di sekolah saja, tetapi juga harus ada kerjasama dengan orang tua dan masyarakat. Dengan adanya penanganan sedini mungkin diharapkan permasalahan anak tersebut tidak akan menghambat perkembangan pada tahapan kehidupan lebih lanjut.

B.       Saran
Laporan observasi ini masih memiliki berbagai jenis kekurangan olehnya itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan.





DAFTAR PUSTAKA
Dewa Ketut Sukardi, Drs. Bimbingan Dan Penyuluhan Belajar Di Sekolah. Penerbit Ranika  Cipta,Jakarta,1990.
Gerlald Corey. 2003. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi (Terj. E. Koswara), Bandung : Refika.
Hildayani rini, dkk. Penangan Anak Berkelainan. Penerbit Universitas Terbuka.
Dr.Farah Agustin Psikolog anak alumnus Universitas Indonesia (UI).


2 komentar:

  1. terimakasih sekali bun,sangat bermanfaat sekali inspirasinya ikut share ya bun

    BalasHapus
  2. IJIN COPAS YA BU... SANGAT BERMANFAAT.. TERIMAKSIH SEBELUMNYA

    BalasHapus