Senin, 16 Desember 2013

Anak Pemalu


LAPORAN HASIL OBSERVASI
BIMBINGAN DAN KONSELING ANAK USIA DINI
"ANAK PEMALU"





DISUSUN OLEH :
SELVITARIANI NUR HAMZAH
1205125036



DOSEN :
RAHMAN S.Pd, M.Pd




FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2013


BAB 1
Pendahuluan
    A.    Latar Belakang
Perasaan malu adalah perasaan gelisah yang dialami seseorang terhadap pandangan orang lain atas dirinya. Ada yang mengartikannya sebagai sesuatu yang "aneh", "hati-hati", "curiga" dan sebagainya.
Pada umumnya sejak lahir manusia telah memiliki sedikit perasaan malu, namun bila perasaan itu telah berubah menjadi semacam rasa takut yang berlebihan, maka hal itu akan menjadi suatu fobia, yaitu takut mengalami tekanan dari orang lain atau takut menghadapi masyarakat. Anak yang pemalu selalu menghindar dari keramaian dan tidak dapat secara aktif bergaul dengan temannya yang lain.
Guru tidak mudah mengetahui apakah muridnya seorang pemalu, sebab pada umumnya mereka tidak suka berbuat kegaduhan atau masalah. Sifat pemalu dapat menjadi masalah yang cukup serius sebab akan menghambat kehidupan anak, misalnya dalam pergaulan, pertumbuhan harga diri, belajar, dan penyesuaian diri. Umumnya ciri anak pemalu ialah terlalu sensitif, ragu-ragu, terisolir, murung, dan juga sulit bergaul. Jadi mereka perlu diberi bantuan.

     B.     Rumusan Masalah
1.      Penyebab Anak Menjaadi Pemalu
2.      Penanganan yang tepat pada anak pemalu



BAB 2
DASAR TEORI

Banyak anak yang masih mencoba untuk mengenal lingkungan sekitar termasuk orang-orang yang ada di sekitarnya. Sehingga mereka yang belum mengenal orang lain, cenderung akan menunjukkan hal yang tidak ramah karena mereka merasa malu dengan orang asing.
Misalnya saja anak memeluk orangtua ketika ada teman baru ataupun ketika orangtuanya membawa ikut serta mereka ke dalam sebuah pertemuan seperti arisan atau kegiatan lainnya? Bahkan saat orangtua meminta anak untuk menyebutkan nama panggilannya saja, anak langsung sembunyi di belakang orangtua. Padahal di rumah, sang buah hati menjadi anak yang riang dan mampu berkomunikasi dua arah dengan orangtua.
Menurut Yulia Wahyu Ningrum, M.Psi, anak akan menjadi berbeda ketika orangtua meminta berkunjung ke rumah kerabat atau temannya sendiri. “Anak akan bersikap dingin dan tidak mau bekerjasama dengan orang lain bahkan oleh orangtuanya. Saat orangtua menyuruh untuk bersalaman saja tidak mau,” terang Yulia, psikolog Biro Mata V Hati Samarinda ini.
Ini, kata Yulia, membuat orangtua bingung dan tidak tahu harus berbuat apa setelah melihat tingkah laku anak yang pemalu. Evaluasi diri orangtua, menurutnya perlu dilakukan. Apakah orangtuanya juga memiliki sifat pemalu? Menurut beberapa penelitian, pemalu disebabkan karena faktor genetik atau bawaan dan lingkungan. Nah, termasuk yang manakah anak Anda dan bagaimana menyikapi hal ini? Berikut merupakan tips dari Yulia Wahyu Ningrum agar anak tidak menjadi pemalu:
1.            Jangan memberikan label “pemalu” pada anak Anak akan bersikap sama seperti yang diucapkan oleh orangtua, apalagi jika orangtua mengumumkan kepada kenalan, kerabat, guru, dan teman-temannya dengan menyebut anak pemalu, terlebih di hadapan anak. Misalnya saja ada orangtua mengatakan ‘Maaf ya, Andika ini pemalu, jadi tidak mau berteman dengan kalian”. Namun, akan lebih bagus jika orangtua mengatakan bahwa anak memerlukan waktu untuk dapat beradaptasi dengan lingkungan baru.
2.            Jangan memaksa anak untuk menjadi berani dan cobalah untuk memahami keadaannya. Yulia menjelaskan bahwa anak akan berontak dan menangis jika berada di lingkungan yang baru atau bersikap menarik diri. Lebih baik biarkan dulu dan berikan anak kelonggaran waktu, jangan membujuk terus-menerus yang membuat orangtua frustasi hingga tanpa sadar menjadi emosi dan memaksanya. “Semakin dipaksa, anak akan semakin merasa tak nyaman dan berulah,” jelas Yulia.
3.            Satu hal yang perlu orangtua ketahui tentang anak pemalu, mereka adalah tipe pemerhati lingkungan. Caranya bereaksi itu beda dengan anak lain. Orangtua hanya perlu membiarkan anak mempelajari situasi dengan caranya sendiri. Berikan waktu hingga anak siap untuk bergabung bersama lingkungannya dengan bujukan, misalnya dengan mengatakan, ‘Oke mama mengerti kalau Almira belum mau bergabung, tapi bisakah Almira bergabung ketika Ibu guru memanggil? Atau ceritakan sama mama, kapan Almira siap?
4.            Berikan pujian Berikan pujian setiap anak mau berteman atau bergabung di satu aktivitas yang melibatkan orang banyak. Ingatlah bahwa sifat pemalu merupakan bawaan dan bukan kemauan si kecil. Orangtua dapat mengatakan kepada anak bahwa anak sangat hebat karena sudah berani bersalaman dan bermain bersama teman-teman barunya.
5.            Minta pengertian seluruh keluarga Jelaskan kepada anggota keluarga agar bersabar menghadapi anak dan minta mereka untuk tidak menekan atau memperolok anak. Candaan yang sering dilontarkan terkesan biasa bagi orangtua, namun tidak bagi si kecil. Jadi hindari mengolok, karena akan membuat anak merasa semakin kecil dan tidak berdaya. Berilah dukungan seperti saat ini anak boleh bermain dengan neneknya atau keluarga lainnya, tetapi setelahnya ajak anak untuk bermain dengan temannya di luar.
6.            Ajaklah anak ke beberapa situasi kegiatan sosial sesering mungkin. Dan ajarkan bertahap dengan memberitahukan sebelumnya. Lebih banyak dia bergaul dan bertemu dengan banyak orang, maka anak akan lebih cepat terbiasa dan cepat beradaptasi dengan lingkungan baru. Mulailah dengan memberikan penjelasan mengenai situasi acara, misalnya, “Rina nanti akan datang ke pesta ultah teman Rina yang namanya Salsa, di pesta itu akan ribut dan banyak orang, tapi menyenangkan karena ada badut, banyak balon, kue yang enak dan teman-teman yang bernyanyi, Rina berani ya bergabung bersama mereka?”
7.            Jangan malu dengan sikap anak. Sering kali saat berada disituasi anak menarik diri yang orangtua lakukan adalah meminta maaf atas perilakunya. Hentikan kebiasaan ini! Ingat, justru sifatnya itu yang membuatnya unik. Daripada harus fokus pada sikap pemalu pada anak yang membuat orangtua malu, cobalah berpikir kualitas anak yang lainnya. Sifat-sifat anak yang membanggakan, sikap baiknya sekaligus ingatkan padanya, bahwa ia memiliki banyak kehebatan misalnya pandai menyanyi, suka menolong orang, atau membaca buku cerita.
8.            Lakukan pelukan sesering mungkin Cara paling ampuh buat meningkatkan kepercayaan diri anak yang pemalu adalah dengan menghujani mereka kasih sayang. Sering-seringlah memeluk mereka saat mengalami situasi yang kurang nyaman. Tunjukan pada mereka bahwa sebagai orangtua akan tetap menyayangi mereka apa adanya. 8. Perlukah konsultasikan ke psikolog Mulailah untuk sedikit menjadi ibu yang peka terhadap lingkungan sekitar, sebagai pedoman apakah anak mampu bersosialisasi dengan baik.
9.            Cobalah tengok temannya, apakah dia mempunyai teman? Apakah dia sering menceritakan temannya tersebut? Jika anak senantiasa sendirian atau menyendiri, coba tanyakan pada pengasuhnya atau gurunya tentang hal tersebut, mungkin orangtua tidak melihat masa-masa tertentu di mana anak dapat berinteraksi dengan teman-temannya. Atau, jika memang guru atau pengasuhnya berpendapat bahwa anak lebih sulit berinteraksi dibanding dengan anak-anak seusianya, itulah saatnya sebagai orangtua melakukan konsultasi dengan psikolog yang ada untuk melihat fase perkembangan yang mungkin terlewatkan oleh anak.(*/rin/rsk)
BAB 3
PEMBAHASAN



Nama                                      : Nazwa  Aulia Putri
Panggilan                                : Nazwa
Anak ke-                                 ; 2(dua) dari 2 bersaudara
Tempat, tanggal lahir              : Loa Pari, 20 juli 2009
Alamat                                    ; Loa pari Rt 04 No.39 Kec. Tenggarong seberang
Agama                                    : Islam
Sekolah                                   :  TK. Tunas Karya
Alamat Sekolah                      : Jl. Inpres, Loa Pari. Kec. Tenggarong Seberang
Nama Orang Tua
Ayah                                       : Warto
Ibu                                          : Sarypah
Pekerjaan Ortu
Ayah                                       : Karyawan Swasta
Ibu                                          : Ibu Rumah Tangga



A.      Analisis
Nazwa  Aulia Putri atau yang lebih sering di panggil naswa ini adalah  anak kedua dari dua bersaudara. Saat ini dia menginjak uisanya yang menginjak 4 tahun 5 bulan ini dia termasuk anak yang sulit untuk berinteraksi dengan orang baru. Meski saya tantenya tidak menutup kemungkinan naswa enggan berinteraksi pada saya. Mungkin karna jarang berrtemu dengan saya sehingga naswa sering menjaga jarak dengan saya. Naswaa juga tidak dapat jauh dari ibunya, dia selalu saja mengikuti kemana ibunya pergi. Saat tak melihat keberadaan ibunya dia akan menangis sejadi-jadinya. Sehingga itu membuat ibunya harus selalu menemaninya ketika di TK. Dia tidak mau banyak bicara dan terkadang hanya menggunakan isyarat. Tatanan bahasa naswa pun masih belum jelas di bandingkan oleh teman-teman sebayanya. Sehari-harinya naswa lebih sering bermain di rumah bersama kakak perempuannya atau bersama ibunya. Kalaupun dia bermain diluar rumah itu hanya didepan halaman rumahnya saja bersama sepupu yang seusia dengannya. Tapi apabila naswa sudah sangat dekat dengan seseorang, dia tidak sungkan untuk memanggil, bercerita dan bermain dengan orang tersebut. Apabila dia mulai gemas atau  pun berebut mainan dengan temannya maka ia tak segan-segan untuk memukul atau mencubitnya  dan setelah itu ia akan menangis, entah karena merasa bersalah atau takut.

B.       Sintesis
Naswa hanya malu pada orang yang baru di jumpainya atau pun jarang bertemu dengannya. Naswa pun tidak bisa di tinggal oleh ibunya, kemana pun ibunya pergi dia pasti mengikutinya. Dia hanya ingin berinteraksi dengan orang-orang yang dikenalnya saja. Di usianya saat ini naswa masih belum fasih dalam berbahasa di bandingkan teman-teman seusianya. Saat emosinya meluap maka ia tak segan untuk memukul temannya.

C.      Diagnosis
1.    Karena dia naswa lebih sering bermain di dalam rumah bersama kakak perempuannya, bisa saja itu menyebabkan dia susah berinteraksi dengan orang lain (malu)
2.    Naswa menjadi anak yang manja di karenakan dia anak terakhir
3.    Mungkin saja selama di rumah naswa jarang berkomunikasi, sehingga naswa lambat dalam bahasa

D.      Progmosis
Untuk langkah awalnya saya mulai mengajaknya bercakap-cakap sambil di temani ibunya. Awalnya begitu susah untuk membuat naswa mau berbicara dan ikut dengan saya tapi karena saya terus  mengajaknya bercerita dan saya membawa adik saya sehingga membantu saya agar naswa  lebih banyak berinteraksi dengan saya. Mula-mula saya coba menarik perhatiannya dengan sesuatu yang di sukainya atau hal-hal baru. Seperti mengajaknya untuk mewarnai atau menggambar yang awalnya dia tidak muan tapi karena adik saya dan kakak perempuannya ikut bermain maka dia pun tertarik untuk bergabung. Kemudian saya mencoba mengajaknya untuk bermain keluar rumah atau mengajaknya berjalan-jalan dan itu masih di temani oleh ibunya.

E.       Treatment
Melakukan penangan pada naswa melalui beberapa pendekatan yang  menurut saya lebih baik
1.      Terus melakukan pendekatan secara bertahap kepada Naswa.
2.      Mengajaknya bercerita tentang hal-hal yang menarik perhatiannya dan  membacakan atau menunjukan buku cerita bergambar agar dia mau merespon apa yang saya tanyakan. Dengan suara yang pelan dia menyebutkan nama dari beberapa gambar yang ada.
3.      Saat mendekatinya saya membawa adik saya yang duduk di kelas 3 SD berkunjung kerumahnya karena saat itu naswa sering bermain dengan  adik saya. Agar saya lebih mudah melakukan pendekatan dengan naswa.
4.      Mencoba mengajaknya bermain diluar rumah dan membawa naswa ketempat Tante saya karena disana banyak anak-anak yang sedang bermain dihalaman rumahnya. Tapi tidak berapa lama dia menangis dan mencari ibunya, sehingga saya membawanya kembali kerumah.
5.      Saat bermain saya mencoba mengajaknya bernyanyi bersama, sehingga sedikit banyak dia mulai merasa nyaman dengan situasi yang ada.
6.      Mengajaknya menggambar dan mewarnai. Saat dia menunjukan hasil gambarannya maka saya menanyakan tentang apa yang dia gambar. Dan naswa pun mulai menerangkan tentang gambarnya. Untuk menghargai gambarannya saya menempel gambar tersebut di dinding rumah naswa.
7.      Karena naswa suka bermain merias diri, maka saya mengajaknya bermain merias diri mulai dari menggunakan bedak dan menyisir rambut. Awalnya dia melakukannya dengan sedikit wajah cemberut tapi saya memberi pujiannya kepadanya “ iih Naswa pinter dandan, liat naswa cantik sekarang”. Maka nampak senyum munyil dari wajahnya.



BAB IV
PENUTUP

A.          Kesimpulan
Naswa anak yang pemalu dan sulit berinteraksi dengan orang baru. Sehingga membuatnya menjadi anak yang tertutup. Namun secara bertahap melakukan pendekatan padanya, naswa bisa menerima keberadaan orang baru. Sifat pemalunya dikarenakan  dia lebih sering bermain dirumahnya dan sifat itu merupakan bawaan dari sang ayah yang juga memiliki sifat pemalu. Sifat pemalu yang dialami naswa tidak terlalu sukar untuk ditangani dengan melakukan pendekatan yang tidak terlalu lama dan memberikan hal-hal yang menarik perhatinnya maka naswa mulai melakukan interaksi terhadap hal itu.
B.           Saran
Sifat malu yang dimiliki oleh anak merupakan hal yang wajar, namun sifat pemalu itu harus ditangani oleh orang tua dan tidak bisa dianggap sepela apalagi anak terlihat mulai menarik diri dari lingkungan. Dia lebih sering bermain di rumah seorang diri dan tidak suka bermain dalam kelompok. Sebagai orang tua harus jeli atas sifat yang dimiliki anaknya, apabila sifat ini tidak cepat ditangani maka akan berlanjut saat dia dewasa nanti. Banyak hal yang nantinya tidak dapat kita kembangkan pada diri anak karena dia malu untuk mengutarakannya dan mereka cenderung tertutup.

DAFTAR PUSTAKA




Tidak ada komentar:

Posting Komentar