LAPORAN
HASIL OBSERVASI
BIMBINGAN DAN KONSELING ANAK USIA DINI
"ANAK PEMALU"
 
 
DISUSUN OLEH :
SELVITARIANI NUR HAMZAH
1205125036
DOSEN :
RAHMAN S.Pd,
M.Pd
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
MULAWARMAN
SAMARINDA
2013
BAB
1
Pendahuluan
    A.   
Latar
Belakang
Perasaan
malu adalah
perasaan gelisah yang dialami seseorang terhadap pandangan orang lain atas
dirinya. Ada yang mengartikannya sebagai sesuatu yang "aneh",
"hati-hati", "curiga" dan sebagainya.
Pada
umumnya sejak lahir manusia telah memiliki sedikit perasaan malu, namun bila
perasaan itu telah berubah menjadi semacam rasa takut yang berlebihan, maka hal
itu akan menjadi suatu fobia, yaitu takut mengalami tekanan dari orang lain
atau takut menghadapi masyarakat. Anak yang pemalu selalu menghindar dari
keramaian dan tidak dapat secara aktif bergaul dengan temannya yang lain.
Guru
tidak mudah mengetahui apakah muridnya seorang pemalu, sebab pada umumnya
mereka tidak suka berbuat kegaduhan atau masalah. Sifat pemalu dapat menjadi
masalah yang cukup serius sebab akan menghambat kehidupan anak, misalnya dalam
pergaulan, pertumbuhan harga diri, belajar, dan penyesuaian diri. Umumnya ciri
anak pemalu ialah terlalu sensitif, ragu-ragu, terisolir, murung, dan juga
sulit bergaul. Jadi mereka perlu diberi bantuan. 
     B.    
Rumusan
Masalah
1.      Penyebab
Anak Menjaadi Pemalu
2.      Penanganan
yang tepat pada anak pemalu
BAB 2
DASAR TEORI
Banyak anak yang masih mencoba untuk
mengenal lingkungan sekitar termasuk orang-orang yang ada di sekitarnya.
Sehingga mereka yang belum mengenal orang lain, cenderung akan menunjukkan hal
yang tidak ramah karena mereka merasa malu dengan orang asing.
Misalnya saja anak memeluk orangtua
ketika ada teman baru ataupun ketika orangtuanya membawa ikut serta mereka ke
dalam sebuah pertemuan seperti arisan atau kegiatan lainnya? Bahkan saat
orangtua meminta anak untuk menyebutkan nama panggilannya saja, anak langsung sembunyi
di belakang orangtua. Padahal di rumah, sang buah hati menjadi anak yang riang
dan mampu berkomunikasi dua arah dengan orangtua.
Menurut Yulia Wahyu Ningrum, M.Psi,
anak akan menjadi berbeda ketika orangtua meminta berkunjung ke rumah kerabat
atau temannya sendiri. “Anak akan bersikap dingin dan tidak mau bekerjasama
dengan orang lain bahkan oleh orangtuanya. Saat orangtua menyuruh untuk
bersalaman saja tidak mau,” terang Yulia, psikolog Biro Mata V Hati Samarinda
ini.
Ini, kata Yulia, membuat orangtua
bingung dan tidak tahu harus berbuat apa setelah melihat tingkah laku anak yang
pemalu. Evaluasi diri orangtua, menurutnya perlu dilakukan. Apakah orangtuanya
juga memiliki sifat pemalu? Menurut beberapa penelitian, pemalu disebabkan
karena faktor genetik atau bawaan dan lingkungan. Nah, termasuk yang manakah
anak Anda dan bagaimana menyikapi hal ini? Berikut merupakan tips dari Yulia
Wahyu Ningrum agar anak tidak menjadi pemalu:
1.           
Jangan memberikan label “pemalu” pada anak Anak akan
bersikap sama seperti yang diucapkan oleh orangtua, apalagi jika orangtua
mengumumkan kepada kenalan, kerabat, guru, dan teman-temannya dengan menyebut
anak pemalu, terlebih di hadapan anak. Misalnya saja ada orangtua mengatakan
‘Maaf ya, Andika ini pemalu, jadi tidak mau berteman dengan kalian”. Namun,
akan lebih bagus jika orangtua mengatakan bahwa anak memerlukan waktu untuk
dapat beradaptasi dengan lingkungan baru.
2.           
Jangan memaksa anak untuk menjadi berani dan cobalah
untuk memahami keadaannya. Yulia menjelaskan bahwa anak akan berontak dan
menangis jika berada di lingkungan yang baru atau bersikap menarik diri. Lebih
baik biarkan dulu dan berikan anak kelonggaran waktu, jangan membujuk
terus-menerus yang membuat orangtua frustasi hingga tanpa sadar menjadi emosi
dan memaksanya. “Semakin dipaksa, anak akan semakin merasa tak nyaman dan
berulah,” jelas Yulia.
3.           
Satu hal yang perlu orangtua ketahui tentang anak
pemalu, mereka adalah tipe pemerhati lingkungan. Caranya bereaksi itu beda
dengan anak lain. Orangtua hanya perlu membiarkan anak mempelajari situasi
dengan caranya sendiri. Berikan waktu hingga anak siap untuk bergabung bersama
lingkungannya dengan bujukan, misalnya dengan mengatakan, ‘Oke mama mengerti
kalau Almira belum mau bergabung, tapi bisakah Almira bergabung ketika Ibu guru
memanggil? Atau ceritakan sama mama, kapan Almira siap?
4.           
Berikan pujian Berikan pujian setiap anak mau berteman
atau bergabung di satu aktivitas yang melibatkan orang banyak. Ingatlah bahwa
sifat pemalu merupakan bawaan dan bukan kemauan si kecil. Orangtua dapat
mengatakan kepada anak bahwa anak sangat hebat karena sudah berani bersalaman
dan bermain bersama teman-teman barunya.
5.           
Minta pengertian seluruh keluarga Jelaskan kepada
anggota keluarga agar bersabar menghadapi anak dan minta mereka untuk tidak
menekan atau memperolok anak. Candaan yang sering dilontarkan terkesan biasa
bagi orangtua, namun tidak bagi si kecil. Jadi hindari mengolok, karena akan
membuat anak merasa semakin kecil dan tidak berdaya. Berilah dukungan seperti
saat ini anak boleh bermain dengan neneknya atau keluarga lainnya, tetapi
setelahnya ajak anak untuk bermain dengan temannya di luar.
6.           
Ajaklah anak ke beberapa situasi kegiatan sosial
sesering mungkin. Dan ajarkan bertahap dengan memberitahukan sebelumnya. Lebih
banyak dia bergaul dan bertemu dengan banyak orang, maka anak akan lebih cepat
terbiasa dan cepat beradaptasi dengan lingkungan baru. Mulailah dengan
memberikan penjelasan mengenai situasi acara, misalnya, “Rina nanti akan datang
ke pesta ultah teman Rina yang namanya Salsa, di pesta itu akan ribut dan
banyak orang, tapi menyenangkan karena ada badut, banyak balon, kue yang enak
dan teman-teman yang bernyanyi, Rina berani ya bergabung bersama mereka?”
7.           
Jangan malu dengan sikap anak. Sering kali saat berada
disituasi anak menarik diri yang orangtua lakukan adalah meminta maaf atas
perilakunya. Hentikan kebiasaan ini! Ingat, justru sifatnya itu yang membuatnya
unik. Daripada harus fokus pada sikap pemalu pada anak yang membuat orangtua
malu, cobalah berpikir kualitas anak yang lainnya. Sifat-sifat anak yang
membanggakan, sikap baiknya sekaligus ingatkan padanya, bahwa ia memiliki
banyak kehebatan misalnya pandai menyanyi, suka menolong orang, atau membaca
buku cerita.
8.           
Lakukan pelukan sesering mungkin Cara paling ampuh
buat meningkatkan kepercayaan diri anak yang pemalu adalah dengan menghujani
mereka kasih sayang. Sering-seringlah memeluk mereka saat mengalami situasi
yang kurang nyaman. Tunjukan pada mereka bahwa sebagai orangtua akan tetap
menyayangi mereka apa adanya. 8. Perlukah konsultasikan ke psikolog Mulailah
untuk sedikit menjadi ibu yang peka terhadap lingkungan sekitar, sebagai
pedoman apakah anak mampu bersosialisasi dengan baik.
9.           
Cobalah tengok temannya, apakah dia mempunyai teman?
Apakah dia sering menceritakan temannya tersebut? Jika anak senantiasa
sendirian atau menyendiri, coba tanyakan pada pengasuhnya atau gurunya tentang
hal tersebut, mungkin orangtua tidak melihat masa-masa tertentu di mana anak
dapat berinteraksi dengan teman-temannya. Atau, jika memang guru atau
pengasuhnya berpendapat bahwa anak lebih sulit berinteraksi dibanding dengan
anak-anak seusianya, itulah saatnya sebagai orangtua melakukan konsultasi
dengan psikolog yang ada untuk melihat fase perkembangan yang mungkin
terlewatkan oleh anak.(*/rin/rsk)
BAB 3
PEMBAHASAN
Nama                                      :
Nazwa  Aulia Putri
Panggilan                                : Nazwa
Anak ke-                                 ; 2(dua) dari 2 bersaudara
Tempat, tanggal
lahir              : Loa Pari, 20 juli 2009
Alamat                                    ; Loa pari
Rt 04 No.39 Kec. Tenggarong seberang
Agama                                    : Islam
Sekolah                                   :  TK. Tunas Karya
Alamat
Sekolah                      : Jl. Inpres,
Loa Pari. Kec. Tenggarong Seberang
Nama Orang Tua
Ayah                                       : Warto
Ibu                                          :
Sarypah
Pekerjaan Ortu
Ayah                                       :
Karyawan Swasta
Ibu                                          : Ibu
Rumah Tangga
A.     
Analisis
Nazwa  Aulia Putri atau yang lebih sering di panggil naswa ini adalah  anak kedua dari dua bersaudara. Saat ini dia menginjak uisanya yang menginjak 4
tahun 5 bulan ini dia termasuk anak yang sulit untuk
berinteraksi dengan orang baru. Meski saya tantenya tidak menutup kemungkinan
naswa enggan berinteraksi pada saya. Mungkin karna jarang berrtemu dengan saya
sehingga naswa sering menjaga jarak dengan saya. Naswaa juga tidak dapat jauh
dari ibunya, dia selalu saja mengikuti kemana ibunya pergi. Saat tak melihat
keberadaan ibunya dia akan menangis sejadi-jadinya. Sehingga itu membuat ibunya
harus selalu menemaninya ketika di TK.
Dia tidak mau banyak bicara dan terkadang hanya menggunakan isyarat. Tatanan
bahasa naswa pun masih belum jelas di bandingkan oleh teman-teman sebayanya.
Sehari-harinya naswa lebih sering bermain di rumah bersama kakak perempuannya
atau bersama ibunya. Kalaupun dia bermain diluar rumah itu hanya didepan
halaman rumahnya saja bersama sepupu yang seusia dengannya. Tapi apabila naswa
sudah sangat dekat dengan seseorang, dia tidak sungkan untuk memanggil,
bercerita dan bermain dengan orang tersebut. Apabila dia mulai gemas atau  pun berebut mainan dengan temannya maka ia
tak segan-segan untuk memukul atau mencubitnya 
dan setelah itu ia akan menangis, entah karena merasa bersalah atau
takut.
B.      
Sintesis
Naswa
hanya malu pada orang yang baru di jumpainya atau pun jarang bertemu dengannya.
Naswa pun tidak bisa di tinggal oleh ibunya, kemana pun ibunya pergi dia pasti
mengikutinya. Dia hanya ingin berinteraksi dengan orang-orang yang dikenalnya
saja. Di usianya saat ini naswa masih belum fasih dalam berbahasa di bandingkan
teman-teman seusianya. Saat emosinya meluap maka ia tak segan untuk memukul
temannya.
C.     
Diagnosis
1.    Karena
dia naswa lebih sering bermain di dalam rumah bersama kakak perempuannya, bisa
saja itu menyebabkan dia susah berinteraksi dengan orang lain (malu)
2.    Naswa
menjadi anak yang manja di karenakan dia anak terakhir
3.    Mungkin
saja selama di rumah naswa jarang berkomunikasi, sehingga naswa lambat dalam
bahasa
D.     
Progmosis
Untuk
langkah awalnya saya mulai mengajaknya bercakap-cakap sambil di temani ibunya. Awalnya
begitu susah untuk membuat naswa mau berbicara dan ikut dengan saya tapi karena
saya terus  mengajaknya bercerita dan saya membawa adik saya sehingga membantu saya agar
naswa  lebih banyak berinteraksi dengan
saya. Mula-mula saya coba menarik perhatiannya
dengan sesuatu yang di sukainya atau hal-hal baru. Seperti mengajaknya
untuk mewarnai atau menggambar yang awalnya dia tidak muan tapi karena adik
saya dan kakak perempuannya ikut bermain maka dia pun tertarik untuk bergabung.
Kemudian saya mencoba mengajaknya untuk bermain keluar
rumah atau mengajaknya berjalan-jalan dan itu masih di temani oleh ibunya. 
E.      
Treatment
Melakukan penangan pada
naswa melalui beberapa pendekatan yang  menurut saya lebih baik
1.      Terus melakukan pendekatan secara bertahap kepada
Naswa.
2.      Mengajaknya
bercerita tentang hal-hal yang menarik perhatiannya dan  membacakan
atau menunjukan buku cerita bergambar agar dia mau merespon
apa yang saya tanyakan. Dengan suara
yang pelan dia menyebutkan nama dari beberapa gambar yang ada.
3.      Saat
mendekatinya saya membawa adik saya yang duduk di kelas 3 SD berkunjung
kerumahnya karena saat itu naswa sering bermain dengan  adik saya. Agar
saya lebih mudah melakukan pendekatan dengan naswa.
4.      Mencoba mengajaknya bermain diluar rumah dan membawa
naswa ketempat Tante saya karena disana banyak anak-anak yang sedang bermain
dihalaman rumahnya. Tapi tidak berapa lama dia menangis dan mencari ibunya,
sehingga saya membawanya kembali kerumah.
5.     
Saat bermain
saya mencoba mengajaknya bernyanyi bersama, sehingga sedikit banyak dia mulai
merasa nyaman dengan situasi yang ada.
6.     
Mengajaknya
menggambar dan mewarnai. Saat dia menunjukan hasil gambarannya maka saya
menanyakan tentang apa yang dia gambar. Dan naswa pun mulai menerangkan tentang
gambarnya. Untuk menghargai gambarannya saya menempel gambar tersebut di
dinding rumah naswa.
7.     
Karena naswa
suka bermain merias diri, maka saya mengajaknya bermain merias diri mulai dari
menggunakan bedak dan menyisir rambut. Awalnya dia melakukannya dengan sedikit
wajah cemberut tapi saya memberi pujiannya kepadanya “ iih Naswa pinter dandan,
liat naswa cantik sekarang”. Maka nampak senyum munyil dari wajahnya.
BAB IV
PENUTUP
A.         
Kesimpulan
Naswa anak yang pemalu dan sulit berinteraksi dengan orang
baru. Sehingga membuatnya menjadi anak yang tertutup. Namun secara bertahap melakukan
pendekatan padanya, naswa bisa menerima keberadaan orang baru. Sifat pemalunya
dikarenakan  dia lebih sering bermain
dirumahnya dan sifat itu merupakan bawaan dari sang ayah yang juga memiliki
sifat pemalu. Sifat pemalu yang dialami naswa tidak terlalu sukar untuk
ditangani dengan melakukan pendekatan yang tidak terlalu lama dan memberikan
hal-hal yang menarik perhatinnya maka naswa mulai melakukan interaksi terhadap
hal itu.
B.          
Saran
Sifat malu yang dimiliki oleh anak merupakan hal yang
wajar, namun sifat pemalu itu harus ditangani oleh orang tua dan tidak bisa
dianggap sepela apalagi anak terlihat mulai menarik diri dari lingkungan. Dia
lebih sering bermain di rumah seorang diri dan tidak suka bermain dalam
kelompok. Sebagai orang tua harus jeli atas sifat yang dimiliki anaknya,
apabila sifat ini tidak cepat ditangani maka akan berlanjut saat dia dewasa
nanti. Banyak hal yang nantinya tidak dapat kita kembangkan pada diri anak
karena dia malu untuk mengutarakannya dan mereka cenderung tertutup.
DAFTAR PUSTAKA

 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar