LAPORAN HASIL OBSERVASI
BIMBINGAN DAN KONSELING ANAK USIA DINI
"ANAK HIPERAKTIF"
DISUSUN OLEH :
TIKA KARMILA SARI
1205125038
Kelas : B Pagi
DOSEN :
RAHMAN S.Pd, M.Pd
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
pertolonganNya saya dapat menyelesaikan tugas ini. Dalam makalah ini saya juga
mengucapkan terimakasih kepada Dosen yang bersangkutan.
Dalam makalah ini saya membahas tentang masalah anak hiperaktif yang
berisikan pengertian, faktor penyebab, karakteristik dan cara penangannya.
Untuk itu semoga makalah yang saya buat ini dapat bermanfaat bagi orang
lain maupun bagi saya sendiri.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa anak usia
dini merupakan masa emas perkembangan, banyaknya pengalaman yang diperoleh anak
melalui panca indera akan membuat otaknya menjadi subur dan berkembang.
Kualitas otak anak dipengaruhi oleh faktor kesehatan, gizi, dan
stimulasi/ rangsangan yang diterima anak setiap hari melalui panca inderanya.
Rangsangan yang diterima oleh program PAUD membuat anak siap mengikuti
pendidikan selanjutnya.
Perilaku
siswa-siswi usia sekolah saat ini sangat beragam, Salah satu perilakunya adalah
anak-anak yang sangat sulit di atur, tidak bisa diam dan seolah-olah tidak
memperhatikan pelajaran di kelas. Anak-anak tersebut biasanya mengalami
gangguan dalam perkembangannya yaitu gangguan hiperkinetik yang secara luas di
masyarakat disebut sebagai anak hiperaktif.
Anak hiperaktif
adalah anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian dengan hiperaktivitas
(GPPH) atau attention deficit and hyperactivity disorder (ADHD). Kondisi ini
juga disebut sebagai gangguan hiperkinetik. Dahulu kondisi ini sering disebut
minimal brain dysfunction syndrome. Terhadap kondisi siswa yang demikian,
biasanya para guru sangat susah mengatur dan mendidiknya. Di samping karena
keadaan dirinya yang sangat sulit untuk tenang, juga karena anak hiperaktif
sering mengganggu orang lain, suka memotong pembicaraan guru atau teman, dan
mengalami kesulitan dalam memahami sesuatu yang diajarkan guru kepadanya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang diatas maka rumusan masalah dari makalah ini, sebagai berikut :
1.
Apa pengertian Hiperaktif?
2.
Apa karakteristik anak hiperaktif?
3.
Apakah faktor penyebab Hiperaktif?
4.
Bagaimana cara mengatasi anak
hiperaktif?
BAB II
DASAR TEORI
A. Pengertian
Hiperaktif
Ditinjau secara psikologis, hiperaktif adalah gangguan
tingkah laku yang tidak normal yang disebabkan disfungsi neurologia dengan
gejala utama tidak mampu memusatkan perhatian. Begitu pula anak hiperaktif
adalah anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian.
Gangguan ini disebabkan kerusakan kecil pada system saraf
pusat dan otak sehingga rentang konsentrasi penderita menjadi sangat pendek dan
sulit dikendalikan. Penyebab lainnya dikarenakan temperamen bawaan, pengaruh
lingkungan, malfungsi otak, serta epilepsi. Atau bisa juga karena gangguan di
kepala seperti geger otak, trauma kepala karena persalinan sulit atau pernah
terbentur, infeksi, keracunan, gizi buruk, dan alergi makanan.
Dr. Seto Mulyadi dalam bukunya
“Mengatasi Problem Anak Sehari-hari“ mengatakan pengertian istilah anak
hiperaktif adalah : Hiperaktif menunjukkan adanya suatu pola perilaku yang
menetap pada seorang anak. Perilaku ini ditandai dengan sikap tidak mau diam,
tidak bisa berkonsentrasi dan bertindak sekehendak hatinya atau impulsif.
Sani Budiantini Hermawan, Psi., “Ditinjau
secara psikologis hiperaktif adalah gangguan tingkah laku yang tidak normal,
disebabkan disfungsi neurologis dengan gejala utama tidak mampu memusatkan
perhatian.
Anak hiperaktif adalah anak
yang mengalami gangguan pemusatan perhatian dengan hiperaktivitas (GPPH) atau
attention deficit and hyperactivity disorder (ADHD). Kondisi ini
juga disebut sebagai gangguan hiperkinetik. Dahulu kondisi ini sering disebut
minimal brain dysfunction syndrome. Terhadap kondisi siswa yang demikian,
biasanya para guru sangat susah mengatur dan mendidiknya. Di samping karena
keadaan dirinya yang sangat sulit untuk tenang, juga karena anak hiperaktif
sering mengganggu orang lain, suka memotong pembicaran guru atau teman, dan
mengalami kesulitan dalam memahami sesuatu yang diajarkan guru kepadanya.
Para ahli mempunyai perbedaan pendapat mengenai hal ini,
akan tetapi mereka membagi ADHD ke dalam 3 jenis berikut ini:
1.
Tipe anak
yang tidak bisa memusatkan perhatian.
Mereka sangat
mudah terganggu perhatiannya, tetapi tidak hiperaktif atau Impulsif. Mereka
tidak menunjukkan gejala hiperaktif. Tipe ini kebanyakan ada pada anak
perempuan. Mereka seringkali melamun dan dapat digambarkan seperti sedang
berada “di awang-awang”.
2.
Tipe anak
yang hiperaktif dan impulsive.
Mereka menunjukkan gejala yang sangat hiperaktif dan
impulsif, tetapi bisa memusatkan perhatian. Tipe ini seringkali ditemukan pada
anak- anak kecil.
3.
Tipe
gabungan.
Mereka sangat
mudah terganggu perhatiannya, hiperaktif dan impulsif. Kebanyakan anak termasuk
tipe seperti ini. Jadi yang dimaksud dengan hiperaktif adalah suatu pola
perilaku pada seseorang yang menunjukkan sikap tidak mau diam, tidak
terkendali, tidak menaruh perhatian dan impulsif (bertindak sekehendak
hatinya). Anak hiperaktif selalu
bergerak dan tidak pernah merasakan asyiknya permainan atau mainan yang disukai
oleh anak-anak lain seusia mereka, dikarenakan perhatian mereka suka beralih
dari satu fokus ke fokus yang lain. Mereka seakan-akan tanpa henti mencari
sesuatu yang menarik dan mengasikkan namun tidak kunjung datang.
B. Karakteristik
Anak Hiperaktif
Beberapa ciri anak hiperaktif menurut Sani
Budiantini Hermawan, Psi., Psikolog dari Klinik Empati Development Center,
Jakarta (Tabloid Nakita) sebagai:
1.
Menentang
Anak dengan
gangguan hiperaktivitas umumnya memiliki sikap penentang/pembangkang atau tidak
mau dinasehati. Misalnya, penderita akan marah jika dilarang berlari ke sana
kemari, coret-coret atau naik-turun tak berhenti. Penolakannya juga bisa
ditunjukkan dengan sikap cuek.
2.
Destruktif
Perilakunya
bersifat destruktif atau merusak. Ketika menyusun lego misalnya, anak aktif
akan menyelesaikannya dengan baik sampai lego tersusun rapi. Sebaliknya anak
hiperaktif bukan menyelesaikannya malah menghancurkan mainan lego yang sudah
tersusun rapi. Terhadap barang-barang yang ada di rumah, seperti vas atau
pajangan lain, kecenderungan anak untuk menghancurkannya juga sangat besar.
Oleh karena itu, anak hiperaktif sebaiknya dijauhkan dari barang-barang yang
mudah dipegang dan mudah rusak.
3.
Tak kenal
lelah
Anak dengan
gangguan hiperaktivitas sering tidak menunjukkan sikap lelah. Sepanjang hari
dia akan selalu bergerak ke sana kemari, lompat, lari, berguling, dan
sebagainya. “Kesannya tidak pernah letih, bergerak terus,” ujar Sani. Hal
inilah yang seringkali membuat orang tua kewalahan dan tidak sanggup meladeni
perilakunya.
4.
Tanpa tujuan
Semua aktivitas
dilakukan tanpa tujuan jelas. Kalau anak aktif, ketika naik ke atas kursi punya
tujuan, misalnya ingin mengambil mainan atau bermain peran sebagai Superman.
Anak hiperaktif melakukannya tanpa tujuan. Dia hanya naik dan turun kursi saja.
5.
Tidak sabar
dan usil
Yang
bersangkutan juga tidak memiliki sifat sabar. Ketika bermain dia tidak mau
menunggu giliran. “Ketika dia ingin memainkan mobil-mobilan yang sedang
dimainkan oleh temannya, dia langsung merebut tanpa ba-bi-bu,” komentar
Sani. Tak hanya itu, anak hiperaktif pun seringkali mengusili temannya tanpa
alasan yang jelas. Misalnya, tiba-tiba memukul, mendorong, menimpuk, dan
sebagainya meskipun tidak ada pemicu yang harus membuat anak melakukan hal
seperti itu.
6.
Intelektualitas
rendah
Seringkali intelektualitas anak dengan gangguan
hiperaktivitas berada di bawah rata-rata anak normal. Mungkin karena secara
psikologis mentalnya sudah terganggu sehingga ia tidak bisa menunjukkan
kemampuan kreatifnya.
Sedang menurut buku ”Anak Hiperaktif” (Zafiera,
Ferdinand. 2007. Jogjakarta: Katahati) Ciri anak hiperaktif atau anak penderita
attention deficit and hyperactivity disorder (ADHD) juga sama seperti
karakteristik diatas dalam buku ini hanya ditambah dua karakteristik lagi,
yakni:
1.
Tidak fokus
Anak dengan gangguan hiperaktif tidak
bisa konsentrasi lebih dari lima menit. Tidak memiliki focus yang jelas dan
melakukan sesuatu tanpa tujuan. Cenderung tidak mampu melakukan sosialisasi
dengan baik.
2.
Sulit untuk
dikendalikan
Anak hiperaktif memang selalu bergerak,
nakal. Keinginannya harus segera dipenuhi. Tidak bisa diam dalam waktu lama dan
mudah teralihkan.
Ciri-ciri
khusus anak hiperaktif yang lainnya diantaranya ialah sebagai berikut:
1.
Sering menggerak-gerakkan tangan atau
kaki ketika duduk, atau sering menggeliat.
- Sering meninggalkan tempat duduknya, padahal seharusnya ia duduk manis.
- Sering berlari-lari atau memanjat secara berlebihan pada keadaan yang tidak selayaknya.
- Sering tidak mampu melakukan atau mengikuti kegiatan dengan tenang.
- Selalu bergerak, seolah-olah tubuhnya didorong oleh mesin. Juga, tenaganya tidak pernah habis.
- Sering terlalu banyak bicara.
- Sering sulit menunggu giliran.
- Sering memotong atau menyela pembicaraan.
- Jika diajak bicara tidak dapat memperhatikan lawan bicaranya (bersikap apatis terhadap lawan bicaranya).
Ciri-ciri
lain yang menyertai Gangguan Pemusatan Perhatian dengan Hiperaktivitas
(GPPH/ADHD) adalah :
1.
Kemampuan akademik tidak optimal
2.
Kecerobohan dalam hubungan social
3.
Kesembronoan dalam menghadapi situasi
yang berbahaya
4.
Sikap melanggar tata tertib secara impulsive
C. Faktor Penyebab
Anak Hiperaktif
1.
Faktor
neurologik
Insiden hiperaktif yang lebih tinggi didapatkan pada bayi
yang lahir dengan masalah-masalah prenatal seperti lamanya proses persalinan,
distres fetal, persalinan dengan cara ekstraksi forcep, toksimia gravidarum
atau eklamsia dibandingkan dengan kehamilan dan persalinan normal. Di samping
itu faktor-faktor seperti bayi yang lahir dengan berat badan rendah, ibu yang
terlalu muda, ibu yang merokok dan minum alkohol juga meninggikan insiden
hiperaktif.
Terjadinya perkembangan otak yang lambat. Faktor etiologi
dalam bidang neuoralogi yang sampai kini banyak dianut adalah terjadinya
disfungsi pada salah satu neurotransmiter di otak yang bernama dopamin. Dopamin
merupakan zat aktif yang berguna untuk memelihara proses konsentrasi. Beberapa
studi menunjukkan terjadinya gangguan perfusi darah di daerah tertentu pada
anak hiperaktif, yaitu di daerah striatum, daerah orbital-prefrontal, daerah
orbital-limbik otak, khususnya sisi sebelah kanan.
2.
Faktor toksik
Beberapa zat
makanan seperti salisilat dan bahan-bahan pengawet memilikipotensi untuk
membentuk perilaku hiperaktif pada anak. Di samping itu, kadar timah (lead)
dalam serum darah anak yang meningkat, ibu yang merokok dan mengkonsumsi
alkohol, terkena sinar X pada saat hamil juga dapat melahirkan calon anak
hiperaktif.
3.
Faktor genetik
Didapatkan
korelasi yang tinggi dari hiperaktif yang terjadi pada keluarga dengan anak
hiperaktif. Kurang lebih sekitar 25-35% dari orang tua dan saudara yang masa
kecilnya hiperaktif akan menurun pada anak. Hal ini juga terlihat pada anak
kembar.
4.
Faktor psikososial dan lingkungan
Pada anak hiperaktif sering ditemukan hubungan yang
dianggap keliru antara orang tua dengan anaknya. Berikut ini adalah beberapa
cara yang bisa dilakukan oleh orang tua untuk mendidik dan membimbing anak-anak
mereka yang tergolong hiperaktif :
a.
Orang tua perlu menambah pengetahuan
tentang gangguan hiperaktifitas
b.
Kenali kelebihan dan bakat anak
c.
Membantu anak dalam bersosialisasi
d.
Menggunakan teknik-teknik pengelolaan
perilaku, seperti menggunakan penguat positif (misalnya memberikan pujian bila
anak makan dengan tertib), memberikan disiplin yang konsisten, dan selalu
memonitor perilaku anak
e.
Memberikan ruang gerak yang cukup bagi
aktivitas anak untuk menyalurkan kelebihan energinya
f.
Menerima keterbatasan anak
g.
Membangkitkan rasa percaya diri anak
Dan bekerja sama dengan guru di sekolah agar guru memahami kondisi anak yang
sebenarnya
Disamping itu anak bisa juga melakukan pengelolaan
perilakunya sendiri dengan bimbingan orang tua. Contohnya dengan memberikan
contoh yang baik kepada anak, dan bila suatu saat anak melanggarnya, orang tua
mengingatkan anak tentang contoh yang pernah diberikan orang tua sebelumnya.
D. Masalah anak
hiperaktif
1.
Masalah
intelegensi
Anak hiperaktif jelas mengalami
gangguan dalam otak. Ia sulit menentukan mana yang penting dan mana yang harus
diprioritaskan terlebih dulu, selain sulit menyelesaikan pelajaran, sering
tidak dapat berkonsentrasi dan pelupa. Adakalanya mereka sulit mengerti
pembicaraan orang secara umum, apalagi terhadap petunjuk yang mengandung
langkah-langkah atau tahapan-tahapan. Ia sulit menggabungkan satu hal dengan
hal lainnya, kurang kendali diri, tidak dapat berencana atau menduga apa akibat
yang dilakukannya, susah bergaul, kemampuan belajar lemah. Daya pikir
penangkapannya lemah sehingga sulit untuk menghadapi pelajaran matematika.
Karena mengalami luka di otak, mereka sering tidak mampu menyesuaikan diri
dengan keadaan, khususnya ketika masuk ke suasana kelas yang dinamis, emosinya
menjadi mudah terangsang. Perilaku yang sulit diduga itu kadang membuat
orangtua, guru atau teman-temannya merasa khawatir.
Kadangkala mereka sadar harus
mematuhi peraturan, tetapi tidak mampu mengendalikan diri. Ia juga mengalami
kesulitan dalam mengutarakan pikiran dan perasaan melalui kata-kata, sering
kacau dalam menanggapi citra yang diterima, misalnya: "m" dengan
"w", "d" dianggap "b" atau "p" dianggap
"q", dan sebagainya sehingga mengalami kesulitan dalam membaca.
2.
Masalah
biologis
Mereka suka sekali berlari-lari dan sulit untuk menyuruh mereka diam,
sepertinya sedang begitu sibuk melakukan sesuatu sehingga tidak dapat
beristirahat, meraba, dan menyentuh benda-benda untuk merasakan lingkungan di
sekitarnya, suka berteriak dan ribut, semangatnya kuat. Anak hiperaktif juga
peka terhadap bahan kimia, obat, bulu, debu, dan barang kosmetik. Mereka juga
sensitif terhadap makanan tertentu, seperti: coklat, jagung, telor ayam, susu,
kedelai, daging, babi, gula, dan gandum. Mereka sulit tidur dengan nyenyak dan
mudah terbangun, dan kebiasaan tidur mereka bermacam-macam: ada yang bermimpi
sambil berjalan, menggigau atau mengompol. Mereka tidak dapat berolahraga
dengan banyak gerak dan banyak tenaga, seperti bersepeda atau lompat tali.
Sebaliknya gerakan tenang pun bermasalah, misalnya bila disuruh menulis,
mewarnai, atau menggambar, mereka tidak dapat menggunakan alat tulis dengan
baik.
3.
Masalah emosi
Anak hiperaktif umumnya bersifat egois, kurang sabar, dan emosional, bila
berbaris selalu berebutan, tidak sabar menunggu, bermain kasar, suka merusak,
tidak takut bahaya, dan sembrono sehingga besar kemungkinan bisa mengalami
kecelakaan. Pernyataan emosinya sangat ekstrim dan kurang kendali diri. Juga
emosi sering berubah-ubah sehingga tidak mudah diduga, kadang begitu senang dan
ceria, tetapi sebentar kemudian marah dan sedih. Seorang ahli berpendapat bahwa
yang sangat dibutuhkan mereka adalah melatih mereka untuk dapat mengendalikan
diri.
4.
Masalah moral
Karena mengalami berbagai masalah seperti di atas, maka mereka pun tidak
memiliki kepekaan dalam hati nurani. Ia bisa mencuri uang orangtua atau permen
di toko, tidak mengembalikan barang yang dipinjam, masuk ke kamar orang lain,
mencela pembicaraan orang, mencuri dengar pembicaraan telepon orang lain
sehingga kesan orang banyak adalah anak ini bermasalah dan bermoral rendah.
E. Mengatasi Anak
Hiperaktif
ketika anak mengalami gangguan hiperaktif ini, para ibu
biasanya menjadi gugup dan kebingungan. Sering kali mencoba menutup diri dan
tidak mau mengakui apa yang dialami anaknya. Padahal, sebetulnya, tidak perlu
gugup atau kuatir yang terlalu tinggi.
1.
Menerima
dengan ikhlas
Segala sesuatunya telah ditentukan oleh Yang Maha memberikan anak, yaitu
Allah. Jika Allah menguji kita dengan hadirnya anak dengan gangguan hiperaktif,
itu tandanya Allah Tahu bahwa kita mampu dan dapat mengatasi serta mendidik
anak dengan sebaik-baiknya.
2.
Anak
hiperaktif cenderung memiliki kecerdasan yang luar biasa
Ini yang sering kali dilupakan bahkan tidak diperhatikan. Para ibu
cenderung bergulat dan berkutat pada kesedihan dan kekecewaan terhadap
putranya. Tapi tidak mau melihat, bahwa anak-anak dengan gangguan hiperaktif
ternyata memiliki kecerdasan yang luar biasa. Tugas ibulah yang mencari dan
menggali kecerdasan ini.
3.
Ajarkan kedisiplinan
Anak-anak hiperaktif cenderung tidak disiplin. Mereka tidak mau tenang,
dan cenderung membangkang. Tidak patuh pada aturan. Nah, jika demikian, maka
Anda harus membuat sebuah “kontrak” perjanjian dengannya untuk berlatih
disiplin.
4.
Tidak
menghukumnya secara berlebihan
Bukan salah anak Anda jika ia hiperaktif. So, jangan menghukumnya karena
gangguan hiperaktif ini. Melatihnya berdisiplin, oke. Tapi, dengan cara yang
baik dan benar.
5.
Lebih banyak
bersabar
Ini adalah tuntutan utama bagi para orangtua. Tanpa kesabaran, maka Anda
tidak akan dapat menangani anak Anda dengan baik.
6.
Menjaga
komunikasi dan biarkan ia merasakan kasih sayang Anda
Ketika anak melihat dan merasakan perhatian yang diberikan orangtuanya,
dan memang, perlu diakui, bahwa menjalin komunikasi dengan anak-anak hiperaktif
ini harus senantiasa. Ibaratnya, harus setiap menit kita mengajaknya
berkomunikasi. Dan bukannya memanjakan, perhatian terhadap anak-anak hiperaktif
memang harus lebih banyak dibandingkan saudara-saudaranya yang normal.
F. Penyelesaian
Masalah
Ada banyak orangtua
yang tahu bahwa penyebab anak berperilaku demikian hanya karena masalah
biologis, lalu menanggapinya tidak dengan serius, tetapi ada juga yang
menanggapi secara serius dan menghajarnya ketika mereka berperilaku agresif.
Namun bila terus- menerus dihukum dan dipukul, tidak akan mempan terhadap anak
seperti ini. Lalu bagaimana cara mengajar mereka?
1.
Penggunaan
obat.
Dokter umumnya
menganjurkan penggunaan obat untuk menolong anak yang hiperaktif, dan hal itu
pun sudah dibuktikan bermanfaat dalam menenangkan mereka. Jikalau masalahnya
cukup serius dan penyebabnya bukan masalah emosi, maka penggunaan obat harus
sesuai dengan petunjuk dokter dan jangan sampai ada efek sampingannya.
Penting sekali untuk berkonsultasi dengan dokter ahli saraf.
2.
Pengaturan
makanan.
Dalam
konsultasi dengan dokter sebaiknya orangtua menanyakan apakah anaknya itu
alergi terhadap satu macam makanan dan apakah perlu ada pengendalian terhadap
makanan, sebab ada banyak bukti terhadap kebenaran ini.
3.
Hindarkan
pemanjaan.
Anak jangan
dimanjakan kalau tahu bahwa penyebab hiperaktifnya karena masalah biologis.
Orangtua harus bertahan dengan peraturan yang telah diberikan dan menuntut anak
agar menaatinya. Tunjukkan dengan mantap dan wibawa bahwa orangtua ingin
ditaati oleh anak-anaknya supaya pernyataan ini juga memberi rasa aman kepada
anak. Sikap bertahan ini bukan berarti kejam, keras, diktator atau berhati
baja, tetapi sebaliknya justru untuk membina dan mengajar anak tentang apa yang
harus mereka lakukan.
4.
Menciptakan
lingkungan yang tenang.
Usahakan untuk
menciptakan suasana yang tenang di tempat anak itu biasa bergerak, misalnya: di
kamar atau di ruang bermain. Bila lingkungan tempat tinggalnya sangat bising,
sebaiknya pindah rumah agar anak itu dapat bertumbuh dalam situasi yang baik.
5.
Memilih acara
tv dengan hati-hati.
Acara teve yang
menampilkan adegan kekerasan, lagu yang ribut dan sinar yang bergerak
menyilaukan, dapat merangsang anak dan mengakibatkan mereka emosional. Cegahlah
anak untuk meniru adegan-adegan yang tidak baik. Oleh sebab itu, pilihlah acara
teve yang beradegan lembut dan baik.
6.
Gunakan
tenaga ekstra dengan tepat.
Anak ini kurang
dapat mengendalikan diri dan apabila sikap agresifnya dapat disalurkan dalam
aktivitas yang tepat, maka itu akan mengurangi keonaran, misalnya dengan
mengizinkan dia mengikuti aktivitas di luar rumah atau membuat pekerjaan rumah
bersama teman atau mengikutsertakan dalam proses belajar mengajar di kelas,
sehingga dengan demikian ia dapat menyalurkan tenaga ekstranya dengan benar.
7.
Membimbing
dalam kebenaran.
Meski anak
hiperaktif sering tidak mampu menguasai diri dengan perilakunya, orangtua atau
guru tidak seharusnya bersikap acuh dan menyerah. Setiap perilaku yang tidak
dapat diterima harus dicegah, kemudian tentukan suatu standar yang sesuai
dengan kebenaran. Perlu ada kesabaran untuk mengajarkan hal ini, walaupun harus
dilakukan berulang-ulang. Bila orangtua tidak putus asa, anak akan mempunyai
harapan untuk disembuhkan.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Analisis
Analisis adalah
proses pengumpulan data sebanyak-banyaknya tentang anak yang diamati. Misalnya
tentang biodata siswa, tempal tinggalnya, dan lain-lain.
Mezzy anak laki-laki berusia 5 tahun pasangan Novianto
dan Hasma, merupakan anak kedua dari 2 bersaudara. Saat ini mezzy sudah duduk di PAUD. Ayah mezzy berprofesi sebagai wiraswasta dan
ibunya sebagai ibu rumah tangga.
Mezzy termasuk anak yang aktif, suka berlari, dan
sulit untuk diajak duduk diam lebih dari 10 menit, serta dia sering sekali
mengganggu teman-temannya. Bahkan guru di
kelas pernah melaporkan bahwa sulit sekali untuk mendiamkan Mezzy untuk
sejenak. Seringkali saat guru mengajar, Mezzy juga mengobrol dengan temannya.
Untuk mengatasinya akhirnya guru memindahkan Mezzy untuk duduk dipaling depan. Melihat
kondisi anaknya yang seperti ini, Ibu Hasma memutuskan untuk menunggu Mezzy
saat sekolah.
Observasi Dalam Usaha Mengenal Anak
a.
Perilaku Anak
-
Penampilan Fisik
Dalam kasus tersebut Mezzy tidak memiliki cacat tubuh,
semua anggota tubuh lengkap seperti halnya anak lain yang normal. Tidak
ada penyimpangan atau hal hal yang
membedakan dirinya dengan teman – temannya.
-
Motorik
Dalam kasus
tersebut Mezzy tergolong anak yang banyak bergerak (sulit untuk diajak duduk
diam lebih dari 10 menit)
perilaku ini yang paling menonjol diantara perilaku lainnya.
-
Emosionalitas
Dalam kasus ini Mezzy tergolong sebagai anak yang terbuka
terhadap teman-temannya, dapat dilihat dia suka mengobrol dengan teman –
temannya.
-
Mental
Keadaan mental Mezzy
sehat, seperti halnya anak – anak normal lainnya.
-
Cara Bicara
Tidak ada kelainan bagaimana dia berbicara dan
berkomunikasi, dia dapat berbicara dengan lancar dapat dilihat dari
kegemarannya menyanyi dan ngobrol.
b.
Sikap Orang Tua
Dalam kasus ini, orang tua Mezzy hanya membiarkan apapun yang
dilakukannya, segala aktivitas Mezzy tidak mendapat perhatian dari
orang tuanya, sehingga dia di sekolah menjadi tidak bisa diam, karena berusaha
mencari perhatian dari teman dan gurunya.
c.
Kegiatan dalam Kelompok
Mezzy merupakan anak yang aktif, dia mudah bergaul dan
mempunyai banyak teman, ini terlihat dia suka mengobrol dengan temannya bahkan
dikelas dia sering mengobrol saat pelajaran.
B. Sintesis
Sintesis adalah kesimpulan sementara
berdasarkan dari hasil analisis
Mezzy merupakan siswa yang sulit dalam pemusatan
perhatiannya, dia tidak pernah capek, selalu bergerak, dan sangat sulit untuk
diminta untuk melakukan aktivitas yang menuntut ketenangan, seperti tidur
siang. Mezzy terlihat selalu semangatdan berpindah-pindah dari satu aktivitas
ke aktivitas yang lain, sehingga tampaknya seperti mudah bosan terhadap suatu
kegiatan dan memerlukan stimulasi lebih kuat lagi. Walaupun Mezzy sulit dalam
pemusatan perhatiannya dia sangat mudah bergaul dengan teman-temannya, sehingga
Mezzy mudah sekali dalam mencari teman.
C. Diagnosis
Diagnosis adalah tahap menginterpretasikan data yang
diperoleh dari menganalisis dan merangkum data. Selanjutnya akan dijadikan
dasar dalam pembuatan prediksi terhadap masalah yang dihadapi konseli. Pada
tahap ini ada dua langkah yang harus dilakukan yaitu identifikasi masalah dan
mencari penyebab timbulnya masalah.
1.
Identifikasi masalah
Mezzy tidak
serius memperhatikan atau mengikuti pelajaran, dia terkesan tidak peduli dengan
mata pelajaran yang diajarkan, sehingga ketika di kelas dia acuh tak acuh dan
lebih senang sibuk dengan urusan sendiri, bermain, dan mengganggu temannya.
2.
Menemukan sebab-sebab masalah
Tahap ini
bertujuan untuk mencari faktor-faktor yang menyebabkan munculnya masalah yang
dihadapi Mezzy. Beberapa faktor yang melatarbelakangi munculnya masalah Mezzy
antara lain :
a. Kurangnya perhatian dari pihak
keluarga, sehingga ia mencari-cari perhatian dilingkungan sekitarnya.
b. Mezzy belum mengetahui secara tepat
minat dan bakat yang dimilikinya
D. Prognosis
Prognosis
adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk mencari alternatif yang terbaik
dalam mengatasi masalah yang dihadapi siswa. Prognosis ini bertujuan untuk
mempelajari kemungkinan yang terjadi apabila Konseli tidak segera mendapatkan
bantuan atau bimbingan atau sebaliknya jika Konseli segera memperoleh bantuan
atau bimbingan, dan langkah awal yang dilakukan berdasarkan diagnosis.
Berdasarkan identifikasi masalah yang dihadapi Mezzy,
maka prognosisnya adalah sebagai berikut:
1.
Jika tidak segera dibantu
a.
Mezzy akan semakin aktif yang tidak
terkontrol
b.
Mezzy akan sulit
menemukan jati dirinya sebagai manusia normal sehingga berakibat buruk bagi
prestasinya.
2.
Jika segera dibantu
a.
Mezzy dapat terarah keaktifannya dengan
baik
b.
Mezzy mengenal minat dan bakat yang
dimilikinya sehingga mudah digali yang akhirnya berdampak baik bagi prestasinya.
Berdasarkan
identifikasi masalah yang dihadapi Mezzy, langkah awal yang mungkin dapat
dilakukan adalah dengan mencari pokok dari permasalahan Mezzy, kemudian mencari
jalan keluar atau mencari solusi buat masalah Mezzy tersebut.
E. Treatment
1. Kita
sebagai guru yang sehari-hari terlibat langsung dengan anak, memiliki
kemampuan untuk mengamati apakah seorang anak menunjukkan cirri-ciri perilaku
yang mengarah pada gangguan hiperaktif atau tidak. Meskipun tidak dapat
mendiagnosa apakah anak tersebut mengalami gangguan hiperaktif atau tidak, guru
dapat menyarankan kepada orang tua untuk melakukan pemeriksaan terhadapnya
didokter atau psikolog.
2.
Bila memang ada anak mengalami gangguan
hiperaktif, guru diharapkan mampu memenuhi kebutuhan anak tersebut dibidang
pendidikan, tentunya dengan memiliki pengetahuan dan keterampilan mengajar
khusus yang sesuai dengan gangguan yang dihadapi anak.
Secara umum
metode penanganan yang diterapkan pada anak yang bergangguan hiperaktif terdiri
dari 2 cara, yaitu menggunakan obat-obatan dan/ terapi tingkah laku. Strategi
untuk menangani perilaku hiperaktif :
1.
Beri kesempatan anak untuk jeda dari
duduknya. Misalnya dengan peregangan
2. Beri anak posisi duduk yang
memungkinkannya utnuk berdiri selama pelajaran tanpa mengganggu siswa lain,
misalnya posisi duduk didekat dinding bukan ditengah ruangan.
3.
Manfaatkan energi anak, misalnya dengan
meminta bantuannya membersihkan papan tulis.
4.
Jika memungkinkan, dalam pembelajaran
ada unsure pergerakan tubuh dan interaksi antar siswa, atau siswa dengan guru.
5.
Beri anak 2 pilihan kursi sehingga ia
bisa berpindah dari satu kursi ke kursi lainnya yang memang diperuntukkan
untuknya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan
uraian mengenai anak hiperaktif yang telah dikaji secara bertahap dapat
diperoleh kesimpulan, bahwa timbulnya masalah siswa disebabkan oleh beberapa
faktor, diantaranya:
1.
Pribadi siswa
2.
Peranan keluarga dan teman-teman
3.
Peranan guru sebagai pengajar di
sekolah
Sedangkan dari
uraian hasil opengamatan pada diri Mezzy maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
1.
Pengamatan merupakan suatu metode untuk
mempelajari keadaan dan perkembangan seseorang secara mendalam dengan tujuan
untuk membantu individu untuk mencapai penyesuaian yang baik dan mencapai
perkembangan pribadi yang optimal.
2.
Permasalahan yang ada dalam pengamatan
ini adalah masalah siswa yang memiliki gangguan pemusatan perhatian yang lebih
tepatnya yaitu masalah anak yang hiperaktif.
B. Saran
a.
Kepada guru
Guru harus
mampu memberikan perhatian yang merata kepada siswa dikelas, terutama siswa
yang menghadapi permasalahan. Guru seharusnya menjadi mitra untuk memberikan
bantuan pengarahan berkaitan dengan perkembangan dan pertumbuhan peserta
didiknya.
b.
Kepada orang tua
Orang tua
hendaknya terus memperhatikan perkembangan dan perkemabangan anak karena peran
orang tua sangat besar bagi perkembangan anak dirumah. Selain itu juga orang
tua hendaknya menjalin kerja sama dengan pihak sekolah sehingga mengetahui
perkembangan anak disekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Rini Hidayani, dkk; Penanganan Anak Berkelainan;
Universitas Terbuka

Tidak ada komentar:
Posting Komentar