Senin, 16 Desember 2013

Anak Hiperaktif



LAPORAN HASIL OBSERVASI
BIMBINGAN DAN KONSELING ANAK USIA DINI
"ANAK HIPERAKTIF"







DISUSUN OLEH :
TIKA KARMILA SARI
1205125038
Kelas : B Pagi

  
DOSEN :
RAHMAN S.Pd, M.Pd





FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2013
KATA PENGANTAR


Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan pertolonganNya saya dapat menyelesaikan tugas ini. Dalam makalah ini saya juga mengucapkan terimakasih kepada Dosen yang bersangkutan.
Dalam makalah ini saya membahas tentang masalah anak hiperaktif yang berisikan pengertian, faktor penyebab, karakteristik dan cara penangannya.
Untuk itu semoga makalah yang saya buat ini dapat bermanfaat bagi orang lain maupun bagi saya sendiri.


Penyusun


BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Masa anak usia dini merupakan masa emas perkembangan, banyaknya pengalaman yang diperoleh anak melalui panca indera akan membuat otaknya menjadi subur dan berkembang. Kualitas otak  anak dipengaruhi oleh faktor kesehatan, gizi, dan stimulasi/ rangsangan yang diterima anak setiap hari melalui panca inderanya. Rangsangan yang diterima oleh program PAUD membuat anak siap mengikuti pendidikan selanjutnya.
Perilaku siswa-siswi usia sekolah saat ini sangat beragam, Salah satu perilakunya adalah anak-anak yang sangat sulit di atur, tidak bisa diam dan seolah-olah tidak memperhatikan pelajaran di kelas. Anak-anak tersebut biasanya mengalami gangguan dalam perkembangannya yaitu gangguan hiperkinetik yang secara luas di masyarakat disebut sebagai anak hiperaktif.
Anak hiperaktif adalah anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian dengan hiperaktivitas (GPPH) atau attention deficit and hyperactivity disorder (ADHD). Kondisi ini juga disebut sebagai gangguan hiperkinetik. Dahulu kondisi ini sering disebut minimal brain dysfunction syndrome. Terhadap kondisi siswa yang demikian, biasanya para guru sangat susah mengatur dan mendidiknya. Di samping karena keadaan dirinya yang sangat sulit untuk tenang, juga karena anak hiperaktif sering mengganggu orang lain, suka memotong pembicaraan guru atau teman, dan mengalami kesulitan dalam memahami sesuatu yang diajarkan guru kepadanya.

B.  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dari makalah ini, sebagai berikut :
1.    Apa pengertian Hiperaktif?
2.    Apa karakteristik anak hiperaktif?
3.    Apakah faktor penyebab Hiperaktif?
4.    Bagaimana cara mengatasi anak hiperaktif?

BAB II
DASAR TEORI

 A.  Pengertian Hiperaktif
Ditinjau secara psikologis, hiperaktif adalah gangguan tingkah laku yang tidak normal yang disebabkan disfungsi neurologia dengan gejala utama tidak mampu memusatkan perhatian. Begitu pula anak hiperaktif adalah anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian.
Gangguan ini disebabkan kerusakan kecil pada system saraf pusat dan otak sehingga rentang konsentrasi penderita menjadi sangat pendek dan sulit dikendalikan. Penyebab lainnya dikarenakan temperamen bawaan, pengaruh lingkungan, malfungsi otak, serta epilepsi. Atau bisa juga karena gangguan di kepala seperti geger otak, trauma kepala karena persalinan sulit atau pernah terbentur, infeksi, keracunan, gizi buruk, dan alergi makanan.
Dr. Seto Mulyadi dalam bukunya “Mengatasi Problem Anak Sehari-hari“ mengatakan pengertian istilah anak hiperaktif adalah : Hiperaktif menunjukkan adanya suatu pola perilaku yang menetap pada seorang anak. Perilaku ini ditandai dengan sikap tidak mau diam, tidak bisa berkonsentrasi dan bertindak sekehendak hatinya atau impulsif.
Sani Budiantini Hermawan, Psi., “Ditinjau secara psikologis hiperaktif adalah gangguan tingkah laku yang tidak normal, disebabkan disfungsi neurologis dengan gejala utama tidak mampu memusatkan perhatian.
Anak hiperaktif adalah anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian dengan hiperaktivitas (GPPH) atau attention deficit and hyperactivity disorder (ADHD). Kondisi ini juga disebut sebagai gangguan hiperkinetik. Dahulu kondisi ini sering disebut minimal brain dysfunction syndrome. Terhadap kondisi siswa yang demikian, biasanya para guru sangat susah mengatur dan mendidiknya. Di samping karena keadaan dirinya yang sangat sulit untuk tenang, juga karena anak hiperaktif sering mengganggu orang lain, suka memotong pembicaran guru atau teman, dan mengalami kesulitan dalam memahami sesuatu yang diajarkan guru kepadanya.
Para ahli mempunyai perbedaan pendapat mengenai hal ini, akan tetapi mereka membagi ADHD ke dalam 3 jenis berikut ini:
1.    Tipe anak yang tidak bisa memusatkan perhatian.
Mereka sangat mudah terganggu perhatiannya, tetapi tidak hiperaktif atau Impulsif. Mereka tidak menunjukkan gejala hiperaktif. Tipe ini kebanyakan ada pada anak perempuan. Mereka seringkali melamun dan dapat digambarkan seperti sedang berada “di awang-awang”.
2.    Tipe anak yang hiperaktif dan impulsive.
Mereka menunjukkan gejala yang sangat hiperaktif dan impulsif, tetapi bisa memusatkan perhatian. Tipe ini seringkali ditemukan pada anak- anak kecil.
3.    Tipe gabungan.
Mereka sangat mudah terganggu perhatiannya, hiperaktif dan impulsif. Kebanyakan anak termasuk tipe seperti ini. Jadi yang dimaksud dengan hiperaktif adalah suatu pola perilaku pada seseorang yang menunjukkan sikap tidak mau diam, tidak terkendali, tidak menaruh perhatian dan impulsif (bertindak sekehendak hatinya). Anak hiperaktif selalu bergerak dan tidak pernah merasakan asyiknya permainan atau mainan yang disukai oleh anak-anak lain seusia mereka, dikarenakan perhatian mereka suka beralih dari satu fokus ke fokus yang lain. Mereka seakan-akan tanpa henti mencari sesuatu yang menarik dan mengasikkan namun tidak kunjung datang.
B.  Karakteristik Anak Hiperaktif
Beberapa ciri anak hiperaktif menurut Sani Budiantini Hermawan, Psi., Psikolog dari Klinik Empati Development Center, Jakarta (Tabloid Nakita) sebagai:
1.    Menentang
Anak dengan gangguan hiperaktivitas umumnya memiliki sikap penentang/pembangkang atau tidak mau dinasehati. Misalnya, penderita akan marah jika dilarang berlari ke sana kemari, coret-coret atau naik-turun tak berhenti. Penolakannya juga bisa ditunjukkan dengan sikap cuek.
2.    Destruktif
Perilakunya bersifat destruktif atau merusak. Ketika menyusun lego misalnya, anak aktif akan menyelesaikannya dengan baik sampai lego tersusun rapi. Sebaliknya anak hiperaktif bukan menyelesaikannya malah menghancurkan mainan lego yang sudah tersusun rapi. Terhadap barang-barang yang ada di rumah, seperti vas atau pajangan lain, kecenderungan anak untuk menghancurkannya juga sangat besar. Oleh karena itu, anak hiperaktif sebaiknya dijauhkan dari barang-barang yang mudah dipegang dan mudah rusak.
3.    Tak kenal lelah
Anak dengan gangguan hiperaktivitas sering tidak menunjukkan sikap lelah. Sepanjang hari dia akan selalu bergerak ke sana kemari, lompat, lari, berguling, dan sebagainya. “Kesannya tidak pernah letih, bergerak terus,” ujar Sani. Hal inilah yang seringkali membuat orang tua kewalahan dan tidak sanggup meladeni perilakunya.
4.    Tanpa tujuan
Semua aktivitas dilakukan tanpa tujuan jelas. Kalau anak aktif, ketika naik ke atas kursi punya tujuan, misalnya ingin mengambil mainan atau bermain peran sebagai Superman. Anak hiperaktif melakukannya tanpa tujuan. Dia hanya naik dan turun kursi saja.
5.    Tidak sabar dan usil
Yang bersangkutan juga tidak memiliki sifat sabar. Ketika bermain dia tidak mau menunggu giliran. “Ketika dia ingin memainkan mobil-mobilan yang sedang dimainkan oleh temannya, dia langsung merebut tanpa ba-bi-bu,” komentar Sani. Tak hanya itu, anak hiperaktif pun seringkali mengusili temannya tanpa alasan yang jelas. Misalnya, tiba-tiba memukul, mendorong, menimpuk, dan sebagainya meskipun tidak ada pemicu yang harus membuat anak melakukan hal seperti itu.
6.    Intelektualitas rendah
Seringkali intelektualitas anak dengan gangguan hiperaktivitas berada di bawah rata-rata anak normal. Mungkin karena secara psikologis mentalnya sudah terganggu sehingga ia tidak bisa menunjukkan kemampuan kreatifnya.
Sedang menurut  buku ”Anak Hiperaktif” (Zafiera, Ferdinand. 2007. Jogjakarta: Katahati) Ciri anak hiperaktif atau anak penderita attention deficit and hyperactivity disorder (ADHD) juga sama seperti karakteristik diatas dalam buku ini hanya ditambah dua karakteristik lagi, yakni:
1.    Tidak fokus
Anak dengan gangguan hiperaktif tidak bisa konsentrasi lebih dari lima menit. Tidak memiliki focus yang jelas dan melakukan sesuatu tanpa tujuan. Cenderung tidak mampu melakukan sosialisasi dengan baik.
2.    Sulit untuk dikendalikan
Anak hiperaktif memang selalu bergerak, nakal. Keinginannya harus segera dipenuhi. Tidak bisa diam dalam waktu lama dan mudah teralihkan.
Ciri-ciri khusus anak  hiperaktif yang lainnya diantaranya ialah sebagai berikut:
1.      Sering menggerak-gerakkan tangan atau kaki ketika duduk, atau sering menggeliat.
  1. Sering meninggalkan tempat duduknya, padahal seharusnya ia duduk manis.
  2. Sering berlari-lari atau memanjat secara berlebihan pada keadaan yang tidak selayaknya.
  3. Sering tidak mampu melakukan atau mengikuti kegiatan dengan tenang.
  4. Selalu bergerak, seolah-olah tubuhnya didorong oleh mesin. Juga, tenaganya tidak pernah habis.
  5. Sering terlalu banyak bicara.
  6. Sering sulit menunggu giliran.
  7. Sering memotong atau menyela pembicaraan.
  8. Jika diajak bicara tidak dapat memperhatikan lawan bicaranya (bersikap apatis terhadap lawan bicaranya).
Ciri-ciri lain yang menyertai Gangguan Pemusatan Perhatian dengan Hiperaktivitas (GPPH/ADHD) adalah :
1.    Kemampuan akademik tidak optimal
2.    Kecerobohan dalam hubungan social
3.    Kesembronoan dalam menghadapi situasi yang berbahaya
4.    Sikap melanggar tata tertib secara impulsive
C.  Faktor Penyebab Anak Hiperaktif
1.    Faktor neurologik
Insiden hiperaktif yang lebih tinggi didapatkan pada bayi yang lahir dengan masalah-masalah prenatal seperti lamanya proses persalinan, distres fetal, persalinan dengan cara ekstraksi forcep, toksimia gravidarum atau eklamsia dibandingkan dengan kehamilan dan persalinan normal. Di samping itu faktor-faktor seperti bayi yang lahir dengan berat badan rendah, ibu yang terlalu muda, ibu yang merokok dan minum alkohol juga meninggikan insiden hiperaktif.
Terjadinya perkembangan otak yang lambat. Faktor etiologi dalam bidang neuoralogi yang sampai kini banyak dianut adalah terjadinya disfungsi pada salah satu neurotransmiter di otak yang bernama dopamin. Dopamin merupakan zat aktif yang berguna untuk memelihara proses konsentrasi. Beberapa studi menunjukkan terjadinya gangguan perfusi darah di daerah tertentu pada anak hiperaktif, yaitu di daerah striatum, daerah orbital-prefrontal, daerah orbital-limbik otak, khususnya sisi sebelah kanan.
2.    Faktor toksik
Beberapa zat makanan seperti salisilat dan bahan-bahan pengawet memilikipotensi untuk membentuk perilaku hiperaktif pada anak. Di samping itu, kadar timah (lead) dalam serum darah anak yang meningkat, ibu yang merokok dan mengkonsumsi alkohol, terkena sinar X pada saat hamil juga dapat melahirkan calon anak hiperaktif.
3.    Faktor genetik
Didapatkan korelasi yang tinggi dari hiperaktif yang terjadi pada keluarga dengan anak hiperaktif. Kurang lebih sekitar 25-35% dari orang tua dan saudara yang masa kecilnya hiperaktif akan menurun pada anak. Hal ini juga terlihat pada anak kembar.
4.    Faktor psikososial dan lingkungan
Pada anak hiperaktif sering ditemukan hubungan yang dianggap keliru antara orang tua dengan anaknya. Berikut ini adalah beberapa cara yang bisa dilakukan oleh orang tua untuk mendidik dan membimbing anak-anak mereka yang tergolong hiperaktif :
a.    Orang tua perlu menambah pengetahuan tentang gangguan hiperaktifitas
b.    Kenali kelebihan dan bakat anak
c.    Membantu anak dalam bersosialisasi
d.   Menggunakan teknik-teknik pengelolaan perilaku, seperti menggunakan penguat positif (misalnya memberikan pujian bila anak makan dengan tertib), memberikan disiplin yang konsisten, dan selalu memonitor perilaku anak
e.    Memberikan ruang gerak yang cukup bagi aktivitas anak untuk menyalurkan kelebihan energinya
f.     Menerima keterbatasan anak
g.    Membangkitkan rasa percaya diri anak Dan bekerja sama dengan guru di sekolah agar guru memahami kondisi anak yang sebenarnya
Disamping itu anak bisa juga melakukan pengelolaan perilakunya sendiri dengan bimbingan orang tua. Contohnya dengan memberikan contoh yang baik kepada anak, dan bila suatu saat anak melanggarnya, orang tua mengingatkan anak tentang contoh yang pernah diberikan orang tua sebelumnya.
D.  Masalah anak hiperaktif
1.    Masalah intelegensi
Anak hiperaktif jelas mengalami gangguan dalam otak. Ia sulit menentukan mana yang penting dan mana yang harus diprioritaskan terlebih dulu, selain sulit menyelesaikan pelajaran, sering tidak dapat berkonsentrasi dan pelupa. Adakalanya mereka sulit mengerti pembicaraan orang secara umum, apalagi terhadap petunjuk yang mengandung langkah-langkah atau tahapan-tahapan. Ia sulit menggabungkan satu hal dengan hal lainnya, kurang kendali diri, tidak dapat berencana atau menduga apa akibat yang dilakukannya, susah bergaul, kemampuan belajar lemah. Daya pikir penangkapannya lemah sehingga sulit untuk menghadapi pelajaran matematika. Karena mengalami luka di otak, mereka sering tidak mampu menyesuaikan diri dengan keadaan, khususnya ketika masuk ke suasana kelas yang dinamis, emosinya menjadi mudah terangsang. Perilaku yang sulit diduga itu kadang membuat orangtua, guru atau teman-temannya merasa khawatir.
Kadangkala mereka sadar harus mematuhi peraturan, tetapi tidak mampu mengendalikan diri. Ia juga mengalami kesulitan dalam mengutarakan pikiran dan perasaan melalui kata-kata, sering kacau dalam menanggapi citra yang diterima, misalnya: "m" dengan "w", "d" dianggap "b" atau "p" dianggap "q", dan sebagainya sehingga mengalami kesulitan dalam membaca.
2.    Masalah biologis
Mereka suka sekali berlari-lari dan sulit untuk menyuruh mereka diam, sepertinya sedang begitu sibuk melakukan sesuatu sehingga tidak dapat beristirahat, meraba, dan menyentuh benda-benda untuk merasakan lingkungan di sekitarnya, suka berteriak dan ribut, semangatnya kuat. Anak hiperaktif juga peka terhadap bahan kimia, obat, bulu, debu, dan barang kosmetik. Mereka juga sensitif terhadap makanan tertentu, seperti: coklat, jagung, telor ayam, susu, kedelai, daging, babi, gula, dan gandum. Mereka sulit tidur dengan nyenyak dan mudah terbangun, dan kebiasaan tidur mereka bermacam-macam: ada yang bermimpi sambil berjalan, menggigau atau mengompol. Mereka tidak dapat berolahraga dengan banyak gerak dan banyak tenaga, seperti bersepeda atau lompat tali. Sebaliknya gerakan tenang pun bermasalah, misalnya bila disuruh menulis, mewarnai, atau menggambar, mereka tidak dapat menggunakan alat tulis dengan baik.
3.    Masalah emosi
Anak hiperaktif umumnya bersifat egois, kurang sabar, dan emosional, bila berbaris selalu berebutan, tidak sabar menunggu, bermain kasar, suka merusak, tidak takut bahaya, dan sembrono sehingga besar kemungkinan bisa mengalami kecelakaan. Pernyataan emosinya sangat ekstrim dan kurang kendali diri. Juga emosi sering berubah-ubah sehingga tidak mudah diduga, kadang begitu senang dan ceria, tetapi sebentar kemudian marah dan sedih. Seorang ahli berpendapat bahwa yang sangat dibutuhkan mereka adalah melatih mereka untuk dapat mengendalikan diri.
4.    Masalah moral
Karena mengalami berbagai masalah seperti di atas, maka mereka pun tidak memiliki kepekaan dalam hati nurani. Ia bisa mencuri uang orangtua atau permen di toko, tidak mengembalikan barang yang dipinjam, masuk ke kamar orang lain, mencela pembicaraan orang, mencuri dengar pembicaraan telepon orang lain sehingga kesan orang banyak adalah anak ini bermasalah dan bermoral rendah.
E.  Mengatasi Anak Hiperaktif
ketika anak mengalami gangguan hiperaktif ini, para ibu biasanya menjadi gugup dan kebingungan. Sering kali mencoba menutup diri dan tidak mau mengakui apa yang dialami anaknya. Padahal, sebetulnya, tidak perlu gugup atau kuatir yang terlalu tinggi.
1.    Menerima dengan ikhlas
Segala sesuatunya telah ditentukan oleh Yang Maha memberikan anak, yaitu Allah. Jika Allah menguji kita dengan hadirnya anak dengan gangguan hiperaktif, itu tandanya Allah Tahu bahwa kita mampu dan dapat mengatasi serta mendidik anak dengan sebaik-baiknya.
2.    Anak hiperaktif cenderung memiliki kecerdasan yang luar biasa
Ini yang sering kali dilupakan bahkan tidak diperhatikan. Para ibu cenderung bergulat dan berkutat pada kesedihan dan kekecewaan terhadap putranya. Tapi tidak mau melihat, bahwa anak-anak dengan gangguan hiperaktif ternyata memiliki kecerdasan yang luar biasa. Tugas ibulah yang mencari dan menggali kecerdasan ini.
3.     Ajarkan kedisiplinan
Anak-anak hiperaktif cenderung tidak disiplin. Mereka tidak mau tenang, dan cenderung membangkang. Tidak patuh pada aturan. Nah, jika demikian, maka Anda harus membuat sebuah “kontrak” perjanjian dengannya untuk berlatih disiplin.
4.    Tidak menghukumnya secara berlebihan
Bukan salah anak Anda jika ia hiperaktif. So, jangan menghukumnya karena gangguan hiperaktif ini. Melatihnya berdisiplin, oke. Tapi, dengan cara yang baik dan benar.
5.    Lebih banyak bersabar
Ini adalah tuntutan utama bagi para orangtua. Tanpa kesabaran, maka Anda tidak akan dapat menangani anak Anda dengan baik.
6.    Menjaga komunikasi dan biarkan ia merasakan kasih sayang Anda
Ketika anak melihat dan merasakan perhatian yang diberikan orangtuanya, dan memang, perlu diakui, bahwa menjalin komunikasi dengan anak-anak hiperaktif ini harus senantiasa. Ibaratnya, harus setiap menit kita mengajaknya berkomunikasi. Dan bukannya memanjakan, perhatian terhadap anak-anak hiperaktif memang harus lebih banyak dibandingkan saudara-saudaranya yang normal.
F.   Penyelesaian Masalah
Ada banyak orangtua yang tahu bahwa penyebab anak berperilaku demikian hanya karena masalah biologis, lalu menanggapinya tidak dengan serius, tetapi ada juga yang menanggapi secara serius dan menghajarnya ketika mereka berperilaku agresif. Namun bila terus- menerus dihukum dan dipukul, tidak akan mempan terhadap anak seperti ini. Lalu bagaimana cara mengajar mereka?
1.    Penggunaan obat.
Dokter umumnya menganjurkan penggunaan obat untuk menolong anak yang hiperaktif, dan hal itu pun sudah dibuktikan bermanfaat dalam menenangkan mereka. Jikalau masalahnya cukup serius dan penyebabnya bukan masalah emosi, maka penggunaan obat harus sesuai dengan  petunjuk dokter dan jangan sampai ada efek sampingannya. Penting sekali untuk berkonsultasi dengan dokter ahli saraf.
2.    Pengaturan makanan.
Dalam konsultasi dengan dokter sebaiknya orangtua menanyakan apakah anaknya itu alergi terhadap satu macam makanan dan apakah perlu ada pengendalian terhadap makanan, sebab ada banyak bukti terhadap kebenaran ini.
3.    Hindarkan pemanjaan.
Anak jangan dimanjakan kalau tahu bahwa penyebab hiperaktifnya karena masalah biologis. Orangtua harus bertahan dengan peraturan yang telah diberikan dan menuntut anak agar menaatinya. Tunjukkan dengan mantap dan wibawa bahwa orangtua ingin ditaati oleh anak-anaknya supaya pernyataan ini juga memberi rasa aman kepada anak. Sikap bertahan ini bukan berarti kejam, keras, diktator atau berhati baja, tetapi sebaliknya justru untuk membina dan mengajar anak tentang apa yang harus mereka lakukan.
4.    Menciptakan lingkungan yang tenang.
Usahakan untuk menciptakan suasana yang tenang di tempat anak itu biasa bergerak, misalnya: di kamar atau di ruang bermain. Bila lingkungan tempat tinggalnya sangat bising, sebaiknya pindah rumah agar anak itu dapat bertumbuh dalam situasi yang baik.
5.    Memilih acara tv dengan hati-hati.
Acara teve yang menampilkan adegan kekerasan, lagu yang ribut dan sinar yang bergerak menyilaukan, dapat merangsang anak dan mengakibatkan mereka emosional. Cegahlah anak untuk meniru adegan-adegan yang tidak baik. Oleh sebab itu, pilihlah acara teve yang beradegan lembut dan baik.
6.    Gunakan tenaga ekstra dengan tepat.
Anak ini kurang dapat mengendalikan diri dan apabila sikap agresifnya dapat disalurkan dalam aktivitas yang tepat, maka itu akan mengurangi keonaran, misalnya dengan mengizinkan dia mengikuti aktivitas di luar rumah atau membuat pekerjaan rumah bersama teman atau mengikutsertakan dalam proses belajar mengajar di kelas, sehingga dengan demikian ia dapat menyalurkan tenaga ekstranya dengan benar.
7.    Membimbing dalam kebenaran.
Meski anak hiperaktif sering tidak mampu menguasai diri dengan perilakunya, orangtua atau guru tidak seharusnya bersikap acuh dan menyerah. Setiap perilaku yang tidak dapat diterima harus dicegah, kemudian tentukan suatu standar yang sesuai dengan kebenaran. Perlu ada kesabaran untuk mengajarkan hal ini, walaupun harus dilakukan berulang-ulang. Bila orangtua tidak putus asa, anak akan mempunyai harapan untuk disembuhkan.
 
BAB III
PEMBAHASAN


A.  Analisis
Analisis adalah proses pengumpulan data sebanyak-banyaknya tentang anak yang diamati. Misalnya tentang biodata siswa, tempal tinggalnya, dan lain-lain.
Mezzy anak laki-laki berusia 5 tahun pasangan Novianto dan Hasma, merupakan anak kedua dari 2 bersaudara. Saat ini mezzy sudah duduk di PAUD.  Ayah mezzy berprofesi sebagai wiraswasta dan ibunya sebagai ibu rumah tangga.
Mezzy termasuk anak yang aktif, suka berlari, dan sulit untuk diajak duduk diam lebih dari 10 menit, serta dia sering sekali mengganggu teman-temannya.  Bahkan guru di kelas pernah melaporkan bahwa sulit sekali untuk mendiamkan Mezzy untuk sejenak. Seringkali saat guru mengajar, Mezzy juga mengobrol dengan temannya. Untuk mengatasinya akhirnya guru memindahkan Mezzy untuk duduk dipaling depan. Melihat kondisi anaknya yang seperti ini, Ibu Hasma memutuskan untuk menunggu Mezzy saat sekolah.
Observasi Dalam Usaha Mengenal Anak
a.    Perilaku Anak
-       Penampilan Fisik
Dalam kasus tersebut Mezzy tidak memiliki cacat tubuh, semua anggota tubuh lengkap seperti halnya anak lain yang normal. Tidak ada  penyimpangan atau hal hal yang membedakan dirinya dengan teman – temannya.
-       Motorik
Dalam kasus tersebut Mezzy tergolong anak yang banyak bergerak (sulit untuk diajak duduk diam lebih dari 10 menit) perilaku ini yang paling menonjol diantara perilaku lainnya.
-       Emosionalitas
Dalam kasus ini Mezzy tergolong sebagai anak yang terbuka terhadap teman-temannya, dapat dilihat dia suka mengobrol dengan teman – temannya.
-       Mental
Keadaan mental Mezzy sehat, seperti halnya anak – anak normal lainnya.
-       Cara Bicara
Tidak ada kelainan bagaimana dia berbicara dan berkomunikasi, dia dapat berbicara dengan lancar dapat dilihat dari kegemarannya menyanyi dan ngobrol.
b.    Sikap Orang Tua
Dalam kasus ini, orang tua Mezzy hanya membiarkan apapun yang dilakukannya, segala aktivitas Mezzy tidak mendapat perhatian dari orang tuanya, sehingga dia di sekolah menjadi tidak bisa diam, karena berusaha mencari perhatian dari teman dan gurunya.
c.    Kegiatan dalam Kelompok
Mezzy merupakan anak yang aktif, dia mudah bergaul dan mempunyai banyak teman, ini terlihat dia suka mengobrol dengan temannya bahkan dikelas dia sering mengobrol saat pelajaran.
B.  Sintesis
Sintesis adalah kesimpulan sementara berdasarkan dari hasil analisis
Mezzy merupakan siswa yang sulit dalam pemusatan perhatiannya, dia tidak pernah capek, selalu bergerak, dan sangat sulit untuk diminta untuk melakukan aktivitas yang menuntut ketenangan, seperti tidur siang. Mezzy terlihat selalu semangatdan berpindah-pindah dari satu aktivitas ke aktivitas yang lain, sehingga tampaknya seperti mudah bosan terhadap suatu kegiatan dan memerlukan stimulasi lebih kuat lagi. Walaupun Mezzy sulit dalam pemusatan perhatiannya dia sangat mudah bergaul dengan teman-temannya, sehingga Mezzy mudah sekali dalam mencari teman.
C.    Diagnosis
Diagnosis adalah tahap menginterpretasikan data yang diperoleh dari menganalisis dan merangkum data. Selanjutnya akan dijadikan dasar dalam pembuatan prediksi terhadap masalah yang dihadapi konseli. Pada tahap ini ada dua langkah yang harus dilakukan yaitu identifikasi masalah dan mencari penyebab timbulnya masalah.
1.    Identifikasi masalah
Mezzy tidak serius memperhatikan atau mengikuti pelajaran, dia terkesan tidak peduli dengan mata pelajaran yang diajarkan, sehingga ketika di kelas dia acuh tak acuh dan lebih senang sibuk dengan urusan sendiri, bermain, dan mengganggu temannya.
2.    Menemukan sebab-sebab masalah
Tahap ini bertujuan untuk mencari faktor-faktor yang menyebabkan munculnya masalah yang dihadapi Mezzy. Beberapa faktor yang melatarbelakangi munculnya masalah Mezzy antara lain :
a. Kurangnya perhatian dari pihak keluarga, sehingga ia mencari-cari perhatian dilingkungan sekitarnya.
b. Mezzy belum mengetahui secara tepat minat dan bakat yang dimilikinya
D.  Prognosis
Prognosis adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk mencari alternatif yang terbaik dalam mengatasi masalah yang dihadapi siswa. Prognosis ini bertujuan untuk mempelajari kemungkinan yang terjadi apabila Konseli tidak segera mendapatkan bantuan atau bimbingan atau sebaliknya jika Konseli segera memperoleh bantuan atau bimbingan, dan langkah awal yang dilakukan berdasarkan diagnosis.
Berdasarkan identifikasi masalah yang dihadapi Mezzy, maka prognosisnya adalah sebagai berikut:
1.    Jika tidak segera dibantu
a.    Mezzy akan semakin aktif yang tidak terkontrol
b.    Mezzy akan sulit menemukan jati dirinya sebagai manusia normal sehingga berakibat buruk bagi prestasinya.
2.    Jika segera dibantu
a.    Mezzy dapat terarah keaktifannya dengan baik
b.    Mezzy mengenal minat dan bakat yang dimilikinya sehingga mudah digali yang akhirnya berdampak baik bagi prestasinya.
Berdasarkan identifikasi masalah yang dihadapi Mezzy, langkah awal yang mungkin dapat dilakukan adalah dengan mencari pokok dari permasalahan Mezzy, kemudian mencari jalan keluar atau mencari solusi buat masalah Mezzy tersebut.
E.  Treatment
1. Kita sebagai guru yang sehari-hari terlibat langsung dengan anak, memiliki kemampuan untuk mengamati apakah seorang anak menunjukkan cirri-ciri perilaku yang mengarah pada gangguan hiperaktif atau tidak. Meskipun tidak dapat mendiagnosa apakah anak tersebut mengalami gangguan hiperaktif atau tidak, guru dapat menyarankan kepada orang tua untuk melakukan pemeriksaan terhadapnya didokter atau psikolog.
2.    Bila memang ada anak mengalami gangguan hiperaktif, guru diharapkan mampu memenuhi kebutuhan anak tersebut dibidang pendidikan, tentunya dengan memiliki pengetahuan dan keterampilan mengajar khusus yang sesuai dengan gangguan yang dihadapi anak.
Secara umum metode penanganan yang diterapkan pada anak yang bergangguan hiperaktif terdiri dari 2 cara, yaitu menggunakan obat-obatan dan/ terapi tingkah laku. Strategi untuk menangani perilaku hiperaktif :
1.    Beri kesempatan anak untuk jeda dari duduknya. Misalnya dengan peregangan
2.  Beri anak posisi duduk yang memungkinkannya utnuk berdiri selama pelajaran tanpa mengganggu siswa lain, misalnya posisi duduk didekat dinding bukan ditengah ruangan.
3.    Manfaatkan energi anak, misalnya dengan meminta bantuannya membersihkan papan tulis.
4.    Jika memungkinkan, dalam pembelajaran ada unsure pergerakan tubuh dan interaksi antar siswa, atau siswa dengan guru.
5.    Beri anak 2 pilihan kursi sehingga ia bisa berpindah dari satu kursi ke kursi lainnya yang memang diperuntukkan untuknya.

BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan
Berdasarkan uraian mengenai anak hiperaktif yang telah dikaji secara bertahap dapat diperoleh kesimpulan, bahwa timbulnya masalah siswa disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya:
1.    Pribadi siswa
2.    Peranan keluarga dan teman-teman
3.    Peranan guru sebagai pengajar di sekolah
Sedangkan dari uraian hasil opengamatan pada diri Mezzy maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1.    Pengamatan merupakan suatu metode untuk mempelajari keadaan dan perkembangan seseorang secara mendalam dengan tujuan untuk membantu individu untuk mencapai penyesuaian yang baik dan mencapai perkembangan pribadi yang optimal.
2.    Permasalahan yang ada dalam pengamatan ini adalah masalah siswa yang memiliki gangguan pemusatan perhatian yang lebih tepatnya yaitu masalah anak yang hiperaktif.
B.  Saran
a.    Kepada guru
Guru harus mampu memberikan perhatian yang merata kepada siswa dikelas, terutama siswa yang menghadapi permasalahan. Guru seharusnya menjadi mitra untuk memberikan bantuan pengarahan berkaitan dengan perkembangan dan pertumbuhan peserta didiknya.
b.    Kepada orang tua
Orang tua hendaknya terus memperhatikan perkembangan dan perkemabangan anak karena peran orang tua sangat besar bagi perkembangan anak dirumah. Selain itu juga orang tua hendaknya menjalin kerja sama dengan pihak sekolah sehingga mengetahui perkembangan anak disekolah.

DAFTAR PUSTAKA


Rini Hidayani, dkk; Penanganan Anak Berkelainan; Universitas Terbuka



Tidak ada komentar:

Posting Komentar